GARUT– Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, saat ini mulai melakukan pengembangan tanam jeruk garut ke wilayah selatan. Hal tersebut dilakukan agar tanaman buah khas daerah itu tetap terjaga kelestariannya, karena selama ini lahan buah jeruk dianggap sudah mulai berkurang.
“Sekarang ini kita terus ‘support’ untuk jeruk garut ini dalam rangka pelestarian. Kita sekarang mengarah ke daerah selatan,” kata Kepala Dinas Pertanian Beni Yoga di Garut.
Ia menjelaskan bahwa Kabupaten Garut memiliki varietas buah yang memiliki cita rasa tersendiri dibandingkan dengan jenis produk lainnya di pasaran yang bernama jeruk garut. “Jeruk garut itu banyak tumbuh di Kecamatan Karangpawitan, Wanaraja, Samarang, dan Bayongbong,” jelasnya.
Baca Juga:Tiga Pekerja PLTMH Tersengat Listrik80 Persen Anak Muda Alami Penurunan Mental Karena Dampak Ekonomi Selama Pandemi
Untuk kondisi umumnya, total luas tanam tanaman jeruk Garut yang tersisa saat ini sekitar 5 ribu sampai 8 ribuan hektare. Walau begitu, tanaman jeruk garut tidak ditanam sendiri, namun diketahui bercampur dengan jeruk jenis siam.
“Sekarang ini tidak murni jeruk garut semua ada campur dengan jeruk siam, dalam satu hektar itu paling ada 500 pohon,” ucapnya.
Menurut dia kondisi jeruk garut saat ini sudah seharusnya dijaga kelestariannya agar tetap tumbuh, sekaligus menjaga keaslian buah jeruk sebagai ikon kota Garut. Upaya yang saat ini dilakukan pemerintah, kata dia, dengan membagikan gratis bibit pohon jeruk garut yang berkualitas kepada masyarakat agar ditanam dan dirawat dengan baik hingga bisa menghasilkan buah.
“Sekarang di selatan kita kembangkan satu pohon satu rumah, gratis kepada masyarakat hibah dari pemerintah,” ungkapnya.
Selain membagikan bibit jeruk, kata Beni, pihaknya juga terus melakukan pembibitan jeruk garut yang dipusatkan di balai benih daerah Cisurupan agar tanaman khas Garut itu tetap terjaga bibit unggulnya. Tempat pembenihan itu, kata dia, hingga saat ini masih menjaga pohon induk jeruk garut berusia 39 tahun dan masih terus berbuah dengan kualitas bagus.
“Yang asli sekarang masih ada di Cisurupan, ada dua pohon umurnya 39 tahun, itu sebagai pohon induk yang terus kita jaga,” tutupnya. (igo)