Ini Perbedaan Mobile Banking dan E-Wallet!

Ini Perbedaan Mobile Banking dan E-Wallet!
Ilustrasi penggunaan E-Wallet untuk transaksi keuangan. berikut perbedaan E-Wallet dan Mobile Banking. (pixabay)
0 Komentar

Masyarakat Indonesia tampaknya cenderung menggunakan lebih dari satu aplikasi E-Wallet sebagai alat transaksi. Menurut data, rata-rata konsumen di Indonesia menggunakan 3,16 E-Wallet secara bersamaan.

Hal itu kemungkinan disebabkan banyaknya penawaran manfaat, diskon, dan layanan yang berbeda di setiap aplikasi.

Eksistensi Mobile Banking Digerus Tren E-Wallet

Mobile banking merupakan salah satu saksi sejarah digitalisasi transaksi perbankan di Indonesia. Dimulai dari layanan SMS Banking, Internet Banking, dan kini mulai digunakan mobile banking berbasis aplikasi.

Baca Juga:1.386 Mahasiswa UGJ Ikuti KKN PPMLetjen TNI (Purn) Bilang Begini Usai Kapolri Nilai 25 Anggota Tidak Profesional

Penggunaan smartphone adalah salah satu faktor paling berpengaruh dari perkembangan mobile banking. Hal yang membedakan dengan E-Wallet, mobile banking diinisiasi oleh perbankan sehingga hanya bisa digunakan oleh nasabah bank tertentu saja.

Awalnya, mobile banking dikembangkan hanya dengan fitur transfer dan pengecekan saldo rekening, tetapi kemudian menambah banyak fitur, mulai dari pembelian pulsa dan paket data, pembayaran tagihan, hingga layanan pengisian saldo E-Wallet.

Menurut final report dari International Finance Corporaton, dari total penduduk Indonesia sebanyak 250 juta jiwa, terdapat sekitar 70 juta orang yang diperkirakan memiliki rekening bank. Pernyataan tersebut didukung oleh Head of Mandiri Institute Yudo Wicaksono.

“Kalo kita lihat pada 2020 itu sendiri, data dari Susenas sekitar 40,3 persen. Artinya, 80,27 juta orang memiliki akun bank,” kata Yudo dalam webinar Indonesia Darurat Kejahatan Siber beberapa waktu lalu.

Untuk mobile banking, di 2021, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat lonjakan penggunaan mobile banking dan Internet Banking hingga 300 persen. Salah satu faktor pemicu melejitnya angka kenaikan tersebut yakni adanya pandemi Covid-19.

Tak hanya itu, transaksi ulang elektronik pun dari tahun 2015 hingga 2020 mengalami peningkatan hampir 47 persen, yaitu dari Rp5,28 triliun menjadi Rp204,9 triliun. Melihat peningkatan yang sangat baik dari penggunaan mobile banking, tampaknya produk perbankan satu ini masih memiliki eksistensi yang kuat meskipun E-Wallet terus berusaha menguasai pasar keuangan Indonesia.

Ditambah, mobile banking masih menjadi alat utama yang paling banyak digunakan masyarakat untuk mengisi saldo E-Wallet. Hal itu berarti, sampai sekarang keberadaan mobile banking masih sangat diperlukan oleh para pengguna E-Wallet. E-Wallet vs Mobile Banking.

0 Komentar