Hasil Survei, Keluarga Miskin Patuh Prokes, Tapi Paling Terdampak Pandemi

Hasil Survei, Keluarga Miskin Patuh Prokes, Tapi Paling Terdampak Pandemi
Ilustrasi: Dhimas/Fajar Indonesia Network
0 Komentar

“Sedangkan profesi keluarga miskin yang meningkat paling banyak setelah pandemi adalah bekerja serabutan, diikuti buruh lepas/harian, buruh tani, pemulung dan berdagang/ usaha mandiri,” ujar Yusuf.

Disrupsi pada usaha dan pekerjaan keluarga miskin, membuat penghasilan mereka merosot tajam. Penghasilan responden jatuh dari rata-rata Rp 2,1 juta per bulan sebelum pandemi menjadi rata-rata Rp 1,3 juta per bulan saat pandemi.

“Jatuhnya penghasilan keluarga miskin ini diikuti dengan jatuhnya pengeluaran mereka, dari rata-rata Rp 1,7 juta per bulan sebelum pandemi menjadi rata-rata Rp 1,4 juta per bulan saat pandemi,” ungkap Yusuf.

Baca Juga:Puluhan Pegawai KPK Dikabarkan Tak Lolos Tes Alih Status ASNASN Masih Berani Mudik?

IDEAS menyarankan pihak terkait untuk mengoptimalkan ruang-ruang intervensi dalam rangka meminimalkan beban yang dihadapi keluarga miskin agar mereka dapat melewati krisis.

“Pertama, mengintensifkan bantuan sosial dan membuatnya menjadi regular dan permanen selama pandemi belum berakhir. Beban berat yang telah menyentuh kebutuhan paling dasar yaitu pangan, membuat bantuan sosial menjadi krusial,” paparnya.

Kedua, intervensi non bansos yang sangat bagi keluarga miskin, terutama intervensi terkait dengan ketahanan pangan dan ketahanan psikologis keluarga miskin.

“Intervensi yang mempromosikan pertanian tanpa lahan atau urban farming terutama untuk keluarga miskin perkotaan berpotensi besar menopang ketahanan pangan dan bahkan ketahanan ekonomi keluarga miskin,” tutup Yusuf. (git/fin)

Laman:

1 2
0 Komentar