Cerita Pendamping PKH di Pedalaman Kalimantan, Harus Menggunakan Perahu Menuju KPM

Cerita Pendamping PKH di Pedalaman Kalimantan, Harus Menggunakan Perahu Menuju KPM
0 Komentar

GARUT –Berbekal tekad ingin memanusiakan manusia dan membahagiakan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) menguatkan Purini (33), menjadi pendamping Keluarga Harapan (PKH) di daerah terpencil sejak 2018.

Untuk mengunjungi rumah atau home visit kepada KPM harus menggunakan perahu klotok melewati Sungai Kahayan dengan kedalaman 10 sampai 15 meter di Kelurahan Kameloh Baru.

“Berdasarkan SP2D tahap 3 tahun 2021, saya diamanahi untuk mendampingi 137 KPM terdiri dari 98 di Kelurahan Kameloh baru dan 39 di Kelurahan Danau Tundai Kecamatan Sabangau, Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah,” tutur Purini, dalam tayangan YouTube kanal milik Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial.

Baca Juga:Cek Rekening, BLT Subsidi Gaji Tahap 6 CairHadiri Peringatan Hari Santri di Sumedang, Uu Ajak Santri Tangani Pandemi

Purini mengaku, perasaan khawatir sepanjang perjalanan menuju lokasi tertutupi dengan semangat untuk memberikan informasi dan edukasi kepada para KPM tersebut.

“Setiap kali home visit ke lapangan saya anggap sebagai refreshing karena medan yang harus melewati tantangan alam yang harus menjadi sahabat,” ungkap Purini.

Sesuai tugas yang diemban pendamping PKH sebagai perpanjangan tangan Kementerian Sosial untuk upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia dengan ilmu guna membuka pemikiran para KPM agar merubah hidupnya menjadi lebih baik.

“Untuk memastikan bantuan tepat sasaran dan tepat guna menjadi bagian home visit, sekaligus mengobrol dan bertanya keluh-kesah KPM. Juga, bantuan yang sudah diterima digunakan untuk apa saja,” ungkap Purini.

Salah seorang penerima PKH, Dina (38) dari tahun 2020 ia mengaku sangat terbantu dengan kunjungan dari pendamping PKH. “Dengan adanya pendampingan dari pendamping PKH dirasakan bagus, bermanfaat dan informatif,” kata Dina.

Dina mengaku komponen PKH yang diterima untuk kedua anaknya yang tengah menempuh Sekolah di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) digunakan untuk keperluan sekolah, seperti membeli seragam, buku-buku dan makanan bergizi.

Hal sama dirasakan Sadiyah (53), penerima KPM yang selalu Purini dengarkan curahan hatinya agar ada kedekatan dan mengetahui kondisi latar belakang KPM yang didampingannya dengan baik.

Baca Juga:Resmikan Auditorium Mutiara, Ridwan Kamil Harap SMKN 2 Cibinong Lahirkan Musisi HebatGarut Jadi Tuan Rumah Kejurnas Balap Sepeda

Kebersamaan Purini dengan Sadiyah terlihat saat mengobrol dengan disuguhi makanan ringan khas daerah setempat. “Inilah cara untuk mendekatkan diri dengan para penerima KPM agar mengetahui persoalan di lapangan,” kata Purini.

0 Komentar