GARUT – Di tengah hiruk pikuk prosesi pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Garut periode 2025–2030 yang berlangsung khidmat di Pendopo Kabupaten Garut, Sabtu lalu, terdapat sosok berseragam cokelat loreng khas Banser yang berdiri tegap di sisi panggung. Tak banyak yang tahu, bahwa pria itu bukan hanya seorang anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama, tetapi juga seorang Kepala Sekolah Dasar di pelosok selatan Garut, Ahmad Sanusi namanya.
Pria itu bukanlah tokoh publik, bukan pula pejabat struktural di organisasi NU. Namun dibalik kesederhanaannya, ia mencerminkan nilai-nilai keikhlasan dan dedikasi yang seringkali luput dari sorotan media. Pada acara pelantikan yang turut dihadiri oleh Bupati Garut, H. Abdusy Syakur Amin, Ahmad berdiri sebagai bagian dari pasukan pengamanan yang mengawal pimpinan daerah tersebut saat memberikan sambutan.
Ahmad Sanusi tercatat telah berkhidmat di Banser sejak tahun 2018. Ia tergabung dalam Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda Ansor dan Satuan Koordinasi Rayon (Satkoryon) Banser Kecamatan Cisompet.
Baca Juga:Puluhan Warga Binaan Rutan Garut Rampungkan Program Rehabilitasi, Siap Hidup Baru Bebas NarkobaKepala Rutan Kelas IIB Garut Resmi Dijabat Muchamad Ismail
“Menjadi bagian dari Banser bukan hanya soal menjaga keamanan. Ini adalah bagian dari khidmat saya kepada NU dan bangsa. Saya ingin menunjukkan bahwa seorang guru juga bisa berdiri di garda depan menjaga nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan,” kata pria yang akrab disapa Kakak Uci ini.
Setiap hari kerja, Ahmad Sanusi adalah Kepala Sekolah Dasar Negeri di Cisompet, sebuah wilayah di selatan Garut yang jauh dari pusat kota. Ia memimpin sekolah dengan jumlah siswa tak seberapa, menghadapi tantangan infrastruktur, dan membimbing anak-anak yang sebagian besar berasal dari keluarga petani.
Namun saat akhir pekan atau ketika organisasi memanggil, Kakak Uci mengganti seragam dinasnya dengan pakaian Banser. Ia ikut latihan rutin, apel kebangsaan, hingga menjaga berbagai acara keagamaan dan sosial, termasuk haul kiai kampung, pengajian akbar, hingga pelantikan seperti hari itu.
“Kadang-kadang saya harus berangkat subuh kalau ada tugas Banser. Tapi saya tidak pernah merasa terbebani. Ini bagian dari pengabdian,” ucapnya