Dampak lebih lanjut:
Kehilangan spesies tanaman yang berfungsi sebagai penahan tanah dan penyerap air.Gangguan terhadap proses alami seperti siklus air dan penyuburan tanah yang menyebabkan peningkatan kerentanannya terhadap bencana.
4. Kehilangan Fungsi Penahan Erosi dan Penyaring Polusi
Hutan berfungsi sebagai penahan alami erosi dan penyaring polusi yang masuk ke dalam ekosistem. Ketika hutan ditebang, tidak ada lagi vegetasi yang melindungi tanah dari hembusan angin atau air hujan yang membawa polusi dan tanah. Akibatnya, erosi tanah semakin parah, dan material yang terbawa air hujan—seperti lumpur, sampah, dan bahan kimia—terbawa ke sungai dan area pemukiman. Hal ini tidak hanya meningkatkan risiko longsor dan banjir, tetapi juga mencemari sumber daya air yang digunakan oleh masyarakat.
Dampak lebih lanjut:
Meningkatnya jumlah lumpur dan sedimentasi di sungai-sungai sekitar, yang dapat menyebabkan pendangkalan dan kerusakan pada infrastruktur sungai.Penurunan kualitas air yang dapat mengancam kesehatan masyarakat dan ekosistem air tawar.
Baca Juga:Keutamaan Membaca Al-Quran pada Bulan Ramadan4 Tempat Ngabuburit Terbaik di Pandeglang untuk Menunggu Buka Puasa
5. Peningkatan Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem
Penebangan hutan juga berkontribusi pada perubahan iklim yang semakin parah. Hutan berfungsi sebagai penyerap karbon dioksida, namun ketika pohon ditebang, karbon yang tersimpan dalam pohon dilepaskan kembali ke atmosfer, memperburuk pemanasan global.
Peningkatan suhu global ini dapat menyebabkan cuaca ekstrem, termasuk hujan lebat dan suhu tinggi yang tidak terduga, yang memperburuk risiko bencana alam seperti banjir dan longsor. Di Padarincang, perubahan iklim ini dapat menyebabkan curah hujan yang lebih intens dan musim kemarau yang lebih panjang, yang keduanya memperburuk kerusakan akibat penebangan hutan.
Dampak lebih lanjut:
Meningkatnya intensitas badai dan hujan yang memicu banjir lebih sering.Perubahan pola musim yang mengganggu keseimbangan alam dan mempengaruhi keberlanjutan pertanian lokal.