Selain penyesuaian SKKNI, kurikulum SMK Teknologi Pengecatan langsung disusun oleh para pakar cat dari Asosiasi Produsen Cat Indonesia (APCI), sehingga benar-benar sesuai dengan kebutuhan industri. Salah satu yang aktif terlibat adalah founder PT. MATARAM PAINT produsen EMCO LUX, cat kayu dan besi kebanggaan Indonesia. Sebagai lulusan pendidikan teknik industri dan teknik kimia dari Jerman serta praktisi pabrik cat selama puluhan tahun, Freddy Pangkey Dipl.-Ing, turut membagi ilmu dan pengalamannya melalui rancangan kompetensi dan tahapan pembelajaran siswa.
Sebagai contoh, kriteria capaian pembelajaran di klaster Pengukuran dan Pengujian Karakteristik Cat Basah ialah mahir mengenali karakter bahan pembentuk cat, kombinasi bahan baku, kualitas pelapis, atau kalkulasi perancangan. Aspek-aspek ini persis seperti kebutuhan di laboratorium pabrik cat. Apalagi didukung dengan tenaga pengajar praktisi yang sudah bertahun-tahun berpengalaman di industri, tentu tingkat kesiapan terjun ke dunia kerja industri semakin tinggi.Lima Klaster Jurusan Teknologi Pengecatan
Satu Kesatuan Rantai Kolaborasi Vokasi, Asosiasi, dan Industri
Jurusan Teknologi Pengecatan diprakarsai oleh APCI. APCI mendonasikan 100% bangunan baru untuk teknologi cat dan peralatan laboratorium cat. Selain penyediaan infrastruktur, APCI aktif terlibat dalam pengembangan kurikulum untuk SMK Mitra Industri MM2100. Para anggotanya juga terlibat sebagai mitra magang/praktik kerja dan tempat penyerapan tenaga kerja lulusan. “Bentuk kerja sama semacam ini adalah yang dibutuhkan untuk mengurangi jurang antara pendidikan vokasi dan kebutuhan industri di Indonesia,” pungkas Lia Sidik PhD, pakar branding dan edukasi yang telah banyak bekerja sama dengan berbagai institusi pendidikan serta industri di Indonesia.
Baca Juga:Debat Publik, Helmi Budiman Sampaikan Visi Membangun Garut yang SomeahPutri Karlina Jadi Cawabup Paling Cantik di Debat Publik Paslon Bupati Garut, Pakaiannya Ada Makna Khusus
Kerjasama SMK Mitra Industri MM2100 dengan APCI adalah model pendidikan vokasi yang sukses menjadi jembatan antara institusi pendidikan dengan industri. Kurikulum yang didesain asosiasi mengikuti kebutuhan industri, sehingga berhasil menjamin keberlanjutan kedua belah pihak. Institusi pendidikan bisa menjangkau lebih banyak siswa karena terbukti mampu menghasilkan lulusan yang siap kerja. Industri dapat terus berkembang di tengah persaingan global karena didukung oleh pekerja yang terampil. Dengan demikian, terciptalah ekosistem kolaborasi vokasi, asosiasi, dan industri yang berkelanjutan.(bbr/feri)