Para kandidat masih perlu melakukan komunikasi politik berupa sosialisasi tatap muka maupun melalui media massa maupun media sosial yang lebih intens dan luas dalam rangka meningkatkan elektabilitas dan popularitas.
Pemilih Garut dengan demografi dan geografis yang ada, situasi dan kondisi politik hari ini masih relatif dinamis, hal ini tergambar pada cukup tingginya masyarakat yang belum menentukan pilihan pada simulasi 2 atau 3 kandidat.
“Kandidat tidak bisa menyamaratakan model sosialisasi politik di Garut, ada yang perlu melalui proses tatap muka, media massa, media sosial, karena pemilih sendiri sangat dinamis, sekarang masyarakat pasisian ada yang bisa terpengaruh dengan bertemu, di masyarakat bawah, menengah atau atas, kalangan dewasa juga orang tua kan kadang masih ada yang pakai media konvensional meski sebagian ada yang melalui media baru, anak muda pun demikian ada melalui media konvensional, media baru atau tatap muka. Jadi masing-masing upaya perlu dilakukan untuk mengeruk setiap segmentasi pemilih karena tidak ada saluran yang dominan,” katanya.
Baca Juga:Bey Machmudin Tekankan Hal ini Kepada ASN Menjelang PilkadaBPBD Kabupaten Garut: Kebakaran Gunung Guntur Terjadi Karena Cuaca Panas Ekstrem
Faktor lain yang turut menentukan keterpilihan kandidat calon Bupati dan Wakil Bupati yakni berapa jumlah poros koalisi dan pasangan yang bertarung di Pilkada Garut nanti, partai politik pendukung, pendekatan terhadap tokoh-tokoh dan organisasi masyarakat yang memiliki kekuatan sebagai pemimpin opini, hingga strategi kampanye yang efektif dari para kandidat.
“Jangan lupa bahwa Pilkada Garut juga serentak dengan Pilgub Jabar, konstalasi politik hari ini antara daerah dengan pusat cukup masih sangat berhubungan antara koalisi KIM, KIM Plus, hingga partai non KIM. Dinamika politik di pusat, provinsi dan daerah juga akan turut punya pengaruh, meski di Pilbup unsur ketokohan dan jaringan menjadi salah satu modal penting,” katanya.(erf)