GARUT – Sekda Jabar Herman Suryatman mengatakan bahwa angka miskin ekstrem di Kabupaten Garut lebih rendah dari rata-rata Jawa Barat.
Angka miskin ekstrem di Garut hanya 0,36 persen. Sementara stunting di Garut masih di kisaran 24,1 persen.
Hal itu disampaikan Sekda Jabar ketika menghadiri pelepasan Mahasiswa KKN Tematik UNIGA, Selasa 30 Juli 2024.
Baca Juga:Â Pembangunan Terus Berjalan Dengan Cepat Di IKN Untuk Persiapan 17 Agustus NantiManfaat Mencari Kesibukan Agar Tidak Bosan Dan Menjadi Pemalas
“Di Garut stunting berdasarkan survei kesehatan Indonesia masih 24,1 persen demikian juga miskin ekstrem masih di angka 0,36 persen. Kalau dibandingkan kabupaten kota lain Garut lebih baik, tapi ini kan tetap persoalan,” katanya.
“Bagaimana stunting bisa kita turunkan signifikan bagaimana miskin ekstrem juga bisa kita turunkan signifikan. targetnya adalah zero new stunting tidak ada stunting baru targetnya adalah tidak ada masyarakat yang miskin ekstrem,” ujar Sekda.
Dalam hal ini Sekda Jabar juga mengapresiasi UNIGA yang telah menginisiasi program tematik KKN dengan memfokuskan kepada stunting dan miskin ekstrem.
Ia mengatakan baru pertama kalinya ada perguruan tinggi yang mengangkat tema tersebut dalam KKN.
Di sini Ia menekankan peran mahasiswa adalah memberikan literasi berupa edukasi bagaimana agar masyarakat bisa terhindar dari stunting. Misalnya kepada ibu hamil agar mengonsumsi pil penambah darah, mengonsumsi makananan tinggi protein dan lainnya.
“Tentu yang pertama kali kita harus berangkat dari permasalahan ya, bagaimana kita turut menyelesaikan permasalahan konkret pembangunan daerah di Kabupaten Garut. setelah kami identifikasi di samping prestasi yang sudah dicapai oleh pemerintah kabupaten Garut, masih ada pekerjaan rumah jabar dan Garut yakni stunting dan miskin ekstrem,” ujarnya.
“Dan alhamdulilah pak Rektor beserta jajaran civitas akademika Universitas Garut menginisiasi program KKN tematik spesifik ke stunting dan penanganan miskin ekstrem dalam satu bulan ke depan, tidak lama memang tapi insyaa Allah ini akan menjadi titik masuk penanganan stunting dan kemiskinan secara komprehensif di kabupaten Garut,” ujarnya.
Baca Juga:Kuasa Hukum Saka Tatal Siapkan 8 Saksi Fakta untuk Lanjutan Sidang PKMenghadapi Kemarau, Petani di Desa Wanakerta dan Sukaluyu Pilih Tanam Tembakau dan Jagung
” Karena persoalan stunting dan miskin ekstrem yang utama adalah masalah literasi. tentu mahasiswa nanti bersama perangkat desa bersama pemerintah kecamatan kader bahu membahu mengedukasi bagaimana zero stunting sebelum kelahiran, setelah kelahiran ibu hamilnya kita edukasi agar konsumsi tablet tambah darah yang sudah tersedia di puskesmas,” ujarnya.