GARUT – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut, bersama SMK IT Muhajirin, menggelar kegiatan “Smart Girls” atau remaja sehat dan cerdas dengan masa depan yang cerah guna menyongsong Indonesia Emas tahun 2024.
Salah satu kegiatan tersebut yakni dengan menggelar aksi bergizi di sekolah SMK IT Muhajirin, yang khusus diikitui oleh siswi dari SMK tersebut di Jalan Godog, Desa Tanjungsari, Karangpawitan, Garut, Kamis 25 Juli 2024.
Kepala Dinkes (Kadinkes) Kabupaten Garut, dr. Hj. Leli Yuliani M.M, menyampaikan, bahwa acara ini diberi nama dengan kegiatan Smart Girl. “Jadi smart girl ini merupakan program yang dimana kita harus meningkatkan literasi dari remaja putri untuk mengonsumsi gizi seimbang dan minum tablet darah secara rutin,”katanya.
Baca Juga:PJ Bupati Garut: Penundaan Relokasi PKL ke Pasar Baru Sudah Ada KesepakatanAli Syakieb Tiba-tiba Maju di Pilkada Tanpa Berkabar ke PDIP, Ono Surono Tanggapi Begini
Kadinkes Garut mengatakan, bahwa program ini yakni sebagai pencegahan new born stunting dikemudian hari.
“Ini memang untuk jangka panjang, untuk mencegah stunting itu harus disiapkan dari mulai sejak remaja putrinya, mereka harus bebas anemia, sehingga kita harus memberikan edukasi tentang bagaimana mereka mengonsumsi gizi seimbang dan mereka harus rutin minum tablet darah mininal seminggu sekali,” katanya.
Menurut Kadinkes Garut berdasarkan data saat ini, remaja putri itu banyak yang menderita anemia. “sekitar 30-40 persen itu menderita anemia, tapi sebagian besar adalah anemia ringan. Ini harus segera kita cegah, sehat itu bukan hanya untuk mencegah stunting saja tetapi nanti mereka bagaimana harus mempunyai kesehatan yang prima supaya bisa belajar dengan baik,” katanya.
“Jadi memang anemia ini sangat banyak sekali efeknya, selain lemah dan lesu mereka juga akan sulit untuk bergairah,” sambungnya.
Menurutnya, anemia itu bisa saja menyerang remaja baik itu perempuan maupun laki-laki. “cuman kenapa sekarang kita lebih fokus ke remaja putri karena hubunganya dengan stunting, kita itu mencegah supaya tidak terjadi stunting-stunting baru. Caranya dengan agar mereka itu tidak melahirkan bayi-bayi stunting,” tuturnya.
“Karena menurut WHO 20 persen bayi-bayi sudah terlahir dalam keadaan stunting, kalau di Indonesia berdasarkan SKI itu jumlahnya 18 persen bayi-bayi yang lahir dalam keadaan stunting. Termasuk Garut sama sekitar 18 persen, sehingga kita harus mencegah itu terjadi, dimulai dari remaja putri harus sehat, agar pas saat dia hami dalam keadaan sehat,” sambungnya.