RADAR GARUT- China Memutuskan untuk Memotong Hubungan Ekonomi dengan Rusia dalam Krisis Ukraina, simak informasinya didalam artikel yang ada disini.
China telah membuat langkah mengejutkan dengan memutuskan untuk “menyerang” Rusia dalam bidang ekonomi, bukan dalam hal militer atau senjata, seperti yang dilaporkan oleh Newsweek pada Selasa (13 Febuari 2024).
Langkah ini terjadi ketika Moskow dihadapkan dengan embargo ekonomi besar-besaran dari negara-negara Barat karena serangan terhadap Ukraina.
Baca Juga:iPhone 16: Desain Baru yang Lebih Segar, Terungkap Ini Spesifikasi Utama!Lisa BLACKPINK Bergabung dalam Serial The White Lotus Season 3: Debut Akting di Thailand
Beberapa bank besar asal China membatasi akses mitra bisnis mereka dari Rusia atau bahkan memutuskan hubungan sepenuhnya.
China UnionPay, sistem pembayaran yang dianggap sebagai alternatif untuk MasterCard dan Visa, juga telah menarik diri untuk membatasi interaksi dengan pihak Rusia.
Bank Komersial Zhejiang Chouzhou, yang merupakan lembaga utama yang digunakan oleh eksportir Rusia, dilaporkan telah menangguhkan semua transaksi untuk klien dari Rusia dan Belarusia.
Keputusan ini diduga terkait dengan perluasan kontrol keuangan AS yang dapat mengancam bank tersebut dengan sanksi sekunder.
Ahli-ahli yang dikutip oleh Newsweek menyatakan bahwa dampak dari langkah ini mungkin akan terasa setelah periode Tahun Baru Imlek, yang biasanya ditandai dengan penurunan aktivitas ekonomi di China.
Namun, Kementerian Luar Negeri China belum memberikan tanggapan resmi terkait laporan tersebut.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Andrey Rudenko, membantah adanya masalah pembayaran antara Rusia dan China.
Baca Juga:Gubernur DIY Konfirmasi Permintaan Presiden Jokowi Fasilitasi Pertemuan dengan MegawatiIni Jadwal Siaran Langsung Liga Champions di SCTV 14 Febuari 2024
Dia meyakinkan bahwa hubungan ekonomi antara kedua negara tersebut tetap solid dan dapat menyelesaikan masalah yang muncul.
Rudenko menunjukkan bahwa perdagangan antara Moskow dan Beijing semakin meningkat, dengan pembayaran yang semakin banyak dilakukan dalam mata uang lokal seperti rubel Rusia dan yuan China.
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, juga mengonfirmasi bahwa Moskow sedang melakukan dialog erat dengan China untuk menyelesaikan semua masalah yang muncul.
Pasangan ini telah menggarap program de-dolarisasi dalam kerangka kerja ekonomi BRICS, yang juga melibatkan Brasil, India, dan Afrika Selatan.
Dengan perubahan dinamika ekonomi ini, hubungan antara Rusia dan China tetap menjadi perhatian utama dalam geopolitik global.
Langkah-langkah yang diambil oleh kedua negara ini dapat memiliki dampak signifikan pada tata ekonomi global dan kestabilan geopolitik di masa depan.