RADAR GARUT – Cerita seorang Putri Aisha bayi berumur 3 minggu yang meninggal dibom Israel, simak informasi selengkapnya di bawah ini.
Dia lahir di tengah-tengah konflik, di sebuah rumah sakit tanpa sebuah pasokan listrik di Gaza selatan, Palestina, yang terus-menerus diserang oleh militer Israel tersebut.
Diberi nama al-Amira Aisha oleh keluarganya tersebut, dia yang akrab dipanggil dengan sebagai “Putri Aisha.” Meskipun baru berusia 3 minggu, nasib tragis menimpa bayi tersebut pada ketika meninggal akibat serangan udara militer Israel yang menghancurkan sebuah tempat tinggal keluarganya tersebut pada hari Selasa.
Baca Juga:Covid-19 JN.1 Gampang Menular, Tapi Tidak Sebahaya Varian Sebelumnya?Anies Baswedan Dalam Pilpres 2024 di Dukung Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla
Pada saat serangan terjadi, keluarga sedang tidur dan gedung apartemen mereka di Rafah tersebut yang menjadi korban penghancuran. Suzan Zoarab, nenek bayi yang selamat dari serangan tersebut memberikan sebuah keterangan.
Menurut petugas rumah sakit, sebanyak 27 orang yang sudah kehilangan nyawa mereka, termasuk dengan al-Amira Aisha dan adik laki-lakinya tersebut yang berusia 2 tahun, Ahmed.
“Baru berumur 2 minggu. Namanya bahkan belum terdaftar,” kata Suzan, yang suaranya bergetar ketika dia berbicara dari sisi ranjang rumah sakit putranya, yang juga terluka dalam pengeboman udara Israel.
Tragedi yang menimpa keluarga tersebut yang terjadi dalam konteks peningkatan jumlah korban warga Palestina yang akibat invasi keras Israel di Gaza, yang mendekati angka sebesar 20.000.
Keluarga Zoarab termasuk dalam sedikit kelompok warga Palestina di Gaza yang memilih untuk tetap tinggal di rumah mereka sendiri.
Serangan intensif Israel, yang dianggap dengan sebagai salah satu yang sangat paling merusak dalam abad ke-21, sudah menyebabkan sekitar 1,9 juta orang mengungsi, mencakup lebih dari 80% populasi wilayah Gaza tersebut.
Mereka mencari sebuah perlindungan di sekolah-sekolah PBB, rumah sakit, kamp tenda, atau di jalanan. Akan tetapi, keluarga Zoarab tersebut yang memilih untuk tetap tinggal di gedung apartemen 3 lantai mereka.
Baca Juga:Jawa Barat Terus Merebak Kasus Covid-19, Ini Langkah Antisipasi Dinkes JabarPenyidik Satgas Anti Mafia Telah Menahan 3 Tersangka Mafia Bola Pengatur Skor
Meskipun 2 putra Suzan tersebut yang memiliki apartemen di lantai yang sangat lebih tinggi, keluarga besar berkumpul di lantai dasar karena meyakini bahwa itu yang sangat lebih aman.
Pada saat serangan terjadi, setidaknya 13 anggota keluarga Zoarab tersebut yang tewas, termasuk dengan seorang jurnalis bernama Adel, bersama dengan pengungsi yang mencari sebuah perlindungan di dekatnya tersebut.