GARUT – Terkait kasus dugaan sodomi yang dilakukan guru ngaji di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut terhadap 10 santri, pihak DPPKBPPPA Garut memberikan keterangan kepada wartawan di Kantor DPPKBPPPA, Jumat 2 Juni 2023.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut, Yayan Waryana mengatakan, pihaknya akan terus melakukan pendampingan terhadap korban.
“Kami melakukan langsung olah TKP (olah tempat kejadian perkara) bersama UPT Perlindungan Perempuan Anak (PPA) melakukan pendampingan psikologis untuk kembali agar anak-anak percaya diri, agar mereka bangkit. Kemudian kami melakukan pendampingan-pendampingan kesehatan, dan telah kami lakukan visum. Insyaa Allah saya bekerja sama dengan dr. Husodo, RSU dr. Slamet) sangat fasilitatif terhadap apa yang telah menimpa anak-anak korban di kecamatan Samarang tersebut,” Ujar Yayan didampingi Sekretaris DPPKBPPPA Garut, Rahmat Wibawa dan Kepala UPT PPA Didah Syajidah, ST
Baca Juga:Ketua DPC PDI Perjuangan Garut Bantu Ati Beli Tanah, Janda Dhuafa Itu Kesulitan Dapat RutilahuRidwan Kamil Minta Polisi Proses Pelaku Asusila di Kabupaten Bandung
Menurutnya, para korban dilakulan test urine, test darah untuk memastikan anak-anak tersebut dalam kondisi sehat. Setelah itu memang tidak ada anak-anak yang terinfeksi penyakit-penyakit menular.
“audzubillah sekali ya, kalau sampai ke HIV. karena efek dari perilaku penyimpangan seksual tersebut memang memiliki konsekuensi terjadinya penularan seksual.” Ungkapnya.
Yayan mengungkapkan, untuk hasil pemeriksaan pihaknya belum bisa menyebutkan di sini, karena itu hak dan kewenanganya dari pihak Polres. Jadi hasil visum maupun test urine itu langsung diserahkan.
“Insyaallah saya kira tidak ada kelainan- kelainan yang memperlihatkan bahwa anak tersebut terinfeksi, dan mudah-mudahan nanti kita akan merapat ke pihak polres untuk memastikan, karena ini memang harus ditindak lanjuti kalau seandainya ada hasil yang positif terinfeksi,” Ungkapnya.
Selain itu, Yayan juga menyampaikan bahwasanya pihaknya sudah melakukan Trauma Healing , jumlahnya ada 44 peserta baik orangtua maupun anak-anak korban secara bersama-sama, Dinsos juga ada ditempat ini, dan itu adalah sebagai upaya teraphy untuk mengungkapkan dari segala apa yang menjadi beban anak-anak.
“Sehingga perilaku mereka, waktu dilakukan trauma healing disini mereka bisa histeris, menjerit, bisa merasa kesal, emosi. Betapa bodohnya aku, betapa malangnya aku kira-kira begitulah, semua terungkapkan disini karena ada penggalian emosi. mudah- mudahan dengan traphy ini nanti akan mempercepat pemulihan kembali trauma-trauma mereka dan bisa kembali percaya diri.” ungkapnya.