RADAR GARUT – Uang di Zimbabwe kehilangan nilai atau menjadi tidak berharga pada periode tertentu dikaitkan dengan sejumlah faktor ekonomi dan kebijakan yang buruk.
Zimbabwe mengalami periode hiperinflasi yang sangat parah pada tahun 2008-2009, yang menyebabkan mata uang mereka, yaitu Dolar Zimbabwe, kehilangan nilai dan akhirnya menjadi tidak berharga.
Akumulasi dari faktor-faktor tersebut menyebabkan inflasi Zimbabwe meningkat dengan cepat, dan pada akhirnya mata uang mereka menjadi tidak berharga.
Baca Juga:Kasus Perselingkuhan dan Perceraian di Usia Muda Viral Di Media Sosial Melonjak, Inilah FaktonyaSuasana Malam hari Saat Camp di Karacak Valley Garut
Pada tahun 2009 saja, pemerintah Zimbabwe menghapuskan Dolar Zimbabwe dan menggantinya dengan Dolar AS serta beberapa mata uang asing lainnya untuk mengatasi situasi tersebut.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mata uang Zimbabwe menjadi tak ternilai.
Semua faktor dibawah ini berkontribusi pada kehilangan nilai uang Zimbabwe dan mengakibatkan inflasi yang tinggi.
Kondisi ini sering kali menghancurkan kekayaan masyarakat, menciptakan ketidakstabilan ekonomi, dan kesulitan dalam melakukan transaksi sehari-hari.
Penyebab umum uang Zimbabwe mengalami inflasi yang sangat tinggi dan kehilangan nilai
Kebijakan Moneter yang Buruk
Pemerintah Zimbabwe pernah mengambil kebijakan moneter yang tidak bertanggung jawab, seperti mencetak uang dalam jumlah besar tanpa penopang ekonomi yang kuat.
Tindakan ini mengakibatkan terjadinya inflasi yang luar biasa tinggi.
Defisit Anggaran dan Utang
Pemerintah Zimbabwe mengalami defisit anggaran yang besar dan tergantung pada pembiayaan dengan mencetak uang baru atau meminjam dari bank sentral.
Ini menyebabkan peningkatan pasokan uang yang berlebihan dan inflasi yang tinggi.
Baca Juga:Tempat Liburan Gunung Pendakian Camping di GarutCara Membuat Saham BRIS, Ikuti Tahapan Ini
Krisis Ekonomi dan Keuangan
Zimbabwe menghadapi berbagai masalah ekonomi, termasuk penurunan produksi, penurunan investasi, dan kurangnya kepercayaan masyarakat dalam sistem keuangan negara.
Semua ini berkontribusi pada menurunnya nilai mata uang negara.
Kebijakan Reformasi Agraria yang Kontroversial
Pada tahun 2000, Zimbabwe mengimplementasikan kebijakan reformasi agraria yang kontroversial di mana tanah milik orang kulit putih dirampas dan dialihkan kepada petani lokal.
Reformasi ini mengganggu sektor pertanian dan mengurangi produksi pangan, menyebabkan penurunan ekonomi secara keseluruhan.
Sanksi Ekonomi dan Isolasi Internasional
Zimbabwe juga menghadapi sanksi ekonomi dari negara-negara Barat sebagai respons terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap melanggar hak asasi manusia dan melawan demokrasi.