RADAR GARUT – Tradisi salam tempel bukan hal yang baru di Indonesia. Membagikan uang saat melakukan ‘salim’ ini biasanya dilakukan di hari-hari besar seperti Hari Lebaran maupun perayaan Imlek.
Salam tempel sendiri diartikan sebagai bersalaman dengan menyelipkan uang atau amplop berisi uang seperti dilansir dalam KBBI. Saat Hari raya Idul Fitri, uang yang disebut Tunjangan Hari Raya (THR) itu diberikan kepada orang yang lebih muda dari orang yang sudah berpenghasilan.
Kemudian saat perayaan Imlek, uang dimasukkan dalam amplop berwarna merah atau angpao. Warna merah ini melambangkan kebaikan dan kesejahteraan.
Jika sudah lekat dengan tradisi di Indonesia, dari mana asal tradisi salam tempel?
Baca Juga:5 Tips Kembali Produktif Bekerja Setelah Libur Lebaran, Bikin Semangat!5 Destinasi Wisata Alam Terpopuler Di Lembang Bandung Terbaru
Tradisi pemberian salam tempel ini terus dilakukan hingga akhir era Ottoman sekitar lima abad, yakni disebut eidiyah.
Kemudian tradisi ini mengalami sedikit perubahan. Barang yang diberikan bukan lagi pakaian, makanan, dan permen, tetapi hanya uang dalam pecahan kecil. Ada pula eidiyah dalam bentuk ponsel atau konsol gim.
Angpau ditemukan saat masa Dinasti Han yang di depan amplop terdapat kalimat ‘fu shan shou hai’ atau berarti ‘selamat berbahagia dan panjang usia’. Terkadang ada juga amplop merah bertuliskan ‘semoga sehat selalu’.
Menurut berbagai literatur, pemberian uang kepada anak-anak saat Lebaran terpengaruh dari budaya Arab dan Tionghoa. Tapi dari literatur lainnya, juga disebutkan tradisi bagi-bagi uang THR saat Lebaran merupakan hal baru yang diadopsi dari Cina.
Baca Artikel Radar Garut lainnya di Google Berita.