GARUT – Naik turunnya harga eceran tertinggi (HET) gas melon 3 kg, membuat pusing konsumen dan pengecer. Betapa tidak, ketika harga dinyatakan naik otomatis harga eceran pun naik Rp 2000,- namun ketika HET kembali diturunkan Bupati Garut, namu harga jual di pengecer masih tetap tinggi.
Di toko pengecer gas melon di Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut, berdekatan dengan pasar, harganya Rp 22.000,- Persediaan gas melon pun memadai di bulan Ramadhan masuki minggu kedua.
” Harga gas melon dijual Rp 22.000,- setelah kenaikan harga dibatalkan. Di toko dan warung lainnya pun harganya sama. Pengecer hanya memiliki keuntungan Rp 2000,- per tabung. Pihak pangkalan menyuplai gas melon harganya Rp 20.000,-” kata Ujang penjual eceran gas melon di Leuwigoong, Minggu (2/4).
Baca Juga:Apa yang Kamu Lakukan Ketika Melihat Temanmu Melakukan Perbuatan Terpuji?Cat Rumah Papan Kampung yang Cocok dan Enak Dipandang
Pihak pangkalan yang mendrop gas melon ke toko dan warung atau pengecer tak ada yang menjual sesuai HET 16 ribu rupiah. Semuanya di atas HET. Dengan begitu percuma saja Bupati menurunkan HET, tapi kenyataan di lapangan harga gas melon masih tetap mahal.
Seorang pedagang pengecer gas melon, Omis di Kecamatan Leuwigoong juga membenarkan hal itu. Nyaris tidak ada pangkalan yang menjual sesuai HET.
Namun di lapangan sendiri konsumen tidak mempermasalahkan naiknya gas melon, asalkan tidak terlalu melambung dan barangnya masih ada.
Sementara itu di perkampungan harga gas melon dijual Rp 25.000,-. Rupanya turunnya HET dari bupati tak mempengaruhi harga di lapangan.
Bahkan diprediksi menjelang hari raya lebaran, harga gas melon akan kembali melambung dari hari-hari biasa. (pap/radar garut)