Namun sampai sekarang uang itu keberadaannya tak jelas. Beberapa kali Enung dan Hanipah menanyakan kepada Kades tapi tidak ada jawaban pasti kapan akan diberikan. Padahal jika pembangunan sudah dilaksanakan, Baznas pun siap memberikan sisa uang sebesar 5 juta untuk menuntaskan pembangunan rumah Enung.
Bahkan tanah juga sudah disiapkan. Karena bantuan rutilahu itu tanahnya harus tanah milik. Dan Enung sendiri sudah mendapatkan tanah dari kakak sepupunya yang siap menjual tanah dengan harga murah. Lokasinya pun persis di samping rumah pamannya yang ditempatinya saat ini.
” Beberapa kali saya tanyakan ke pak Lurah tapi tidak ada jawaban yang pasti. Bahkan saya pernah dijanjikan waktu itu uangnya mau diserahkan pak Lurah di kantor desa. Tapi ketika ditemui di kantor desa, pak Lurah tidak ada di tempat,” ujarnya.
Baca Juga:Horor, Hordeng Jendela Warga Garut Seperti Ditarik Makhluk Halus, Rumah Dekat KuburanBeli BBM Bersubsidi Harus Pakai Barcode, Begini Cara Daftarnya
” Bahkan sekarang itu keluarga pak Lurah seperti sinis ke kami. Seolah kami ini yang punya utang ke beliau. Padahal kami kan hanya ingin mengambil hak kami. Barusan juga saya telpon tidak diangkat, saya wa tidak dibaca,” kata Hanipah.
Namun demikian lanjut Hanipah, suatu hari dia pernah bertemu kepala Desa Sukasenang. Hanipah waktu itu meminjam uang dua kali. Yang pertama sebesar 500 ribu rupiah dan yang kedua 1 juta rupiah. Akhirnya uang sebesar 5 juta rupiah di Kepala Desa sekarang hitung-hitungannya tinggal 3,5 juta rupiah saja.
” Jadi waktu itu saya mau minjam untuk berobat ibu. Yang pertama 500 ribu dan kedua 1 juta. Sehingga uang itu dipotongkan pak Lurah. Jadi uang uang tersisa di pak Lurah itu tinggal 3,5 juta rupiah saja,” jelas Hanipah.
” Tapi uang yang 2 juta yang menurut informasi bantuan Wakil Bupati yang masuk ke rekening itu juga tidak jelas. Katanya sih itu untuk pelicin. Tapi entah untuk siapa,” ujar Hanipah.