“80 persen anggota adalah produsen kerajinan tangan seperti bros, gantungan kunci, dan aksesoris lainnya. Selain itu ada pula usaha makanan seperti burayot yang terbuat dari tepung beras, dodol garut, yang terbuat dari buah-buahan, aneka keripik, baso aci kemasan, minuman seperti ekstrak lemon perasan, sirup markisa, kopi bubuk, minuman herbal, hingga pakaian seperti jaket kulit, batik, dan sutera,” ucap Edwin Januari, narasumber dalam kegiatan tersebut.
Edwin yang merupakan pemilik usaha Morena Food sekaligus juga Pendamping UMKM Jabar Juara itu pun dalam kegiatan tersebut pun berbagi kiat usahanya kepada para audiens. Ia bercerita bahwa awalnya memulai usaha pembuatan aneka macam keripik sejak tahun 2017, karena tergerak melihat hasil panen yang cukup melimpah di Garut sehingga kemudian memiliki ide camilan yang enak dan bergizi.
“Dalam berdagang, awal tujuannya berniat dengan yang kecil-kecil terlebih dahulu, sayang sama yang kecil, dengan modal usaha yang juga relatif kecil. Tidak berharap terlalu besar. Meski sedikit, tapi lancar. Daripada sudah memproduksi banyak namun barang yang diretur juga banyak, lebih baik sedikit- sedikit dulu tapi laku. Baru setelah itu mulai berinovasi dengan membuat produk baru namun tidak jauh-jauh dari produk yang kita buat,” papar Edwin.
Baca Juga:Refleksi Beragama 04, Pesan TaqwaSGM Eksplor dan Alfamart Bantu Ribuan Anak PAUD dari Sabang sampai Merauke
Garut diketahui telah dikenal sebagai daerah penghasil kerajinan kulit di Indonesia, seperti tas, sepatu, jaket, lain-lain yang berbahan kulit. Mengacu data terakhir tahun 2021 yang dirilis situs https://opendata.jabarprov.go.id, jumlah UMKM di Garut mencapai 349.863 unit.
Badan Pusat Statistik Garut dalam lamannya menginformasikan bahwa terdapat 0,9 juta orang (75,48 persen) bekerja pada kegiatan informal. Selama setahun terakhir (Agustus 2021-Agustus 2022), pekerja sektor informal yang mencakup unit usaha berskala kecil ini meningkat hingga 21,10 persen poin dari Agustus 2021 yang besarnya 54,38 persen. (rls/red)