RADAR GARUT- Sebagai bagian upaya dalam mendukung program ketahanan pangan, dua petani muda di Garut Ade dan Toni warga Kampung Babakan Cibudug Desa Sindangsari Kecamatan Leuwigoong, mengembangkan budidaya tanaman sayuran di sekitar rumahnya yang ada di Kampung Negla, Kecamatan Cibiuk.
Kegiatan sehari-hari petani muda di Garut itu dalam proses bercocok tanam yakni mulai dari menanam sayuran di lahan sawah, memperhatikan pupuk dan memantau progres penanaman hingga panen.
Berdasarkan pengalaman yang sudah dijalani para petani muda di Garut, hasil dari bertani sayuran dirasa lebih menguntungkan dibanding menanam padi.
Baca Juga:Siasat Dukun di Dekat Kawasan Wisata Garut Garap Ladang Ganja, Sudah 2 Tahun dan Dijual ke MasyarakatWaduh, Syarat Beli Gas LPG 3 Kg Pake KTP Justru Bikin Ribet? Begini Penjelasannya!
” Usaha tani melalui budidaya tanaman sayuran termasuk terung (terong) lebih menguntungkan.Karena panennya berpuluh- puluh kali. Bandar pun saat diberitahu panen, datang ke lokasi,” kata Ade, didampingi Toni kepada Radar Garut.
Usaha tani budidaya tanaman sayuran, harus menguasai ilmunya termasuk ilmu pemasaran. Saat panen sayuran, tak kesulitan lagi menjualnya karena sudah menjalin komunikasi dengan bandar sayuran.
Budidaya tanaman sayuran decara profesional bisa menambah penghasilan dan menyerap tenaga kerja. Namun tetap harus memiliki modal awal untuk membeli benih, pupuk dan biaya pengolahan lahan.
Sekalipun lahan menyewa, masih meraup keuntungan. Meski harga pupuk organik mahal dan langka. Mahalnya harga pupuk justru mendorong naiknya harga sayuran.
Misalnya menanam sayuran terung, harga jualnya terus naik. Harga terung yang dibeli bandar di kebun, saat ini tembus Rp 5000,- per kg.
Dengan potensi pasar dan keuntungan dari segi ekonomi yang cukup menjanjikan, maka para petani muda di Garut ini semakin menekuni secara serius bidang usaha yang telah mereka rintis. (pap)