Segi Tiga Restitusi untuk Menumbuhkan Disiplin Positif

Segi Tiga Restitusi untuk Menumbuhkan Disiplin Positif
Iip Hidayat, Mahasiswa Magister PGSD UPI Kampus Tasikmalaya-Foto:dokradartasik.disway.id/dokiip-
0 Komentar

Kita harus mampu meyakinkan mereka dengan mengatakan kalimat seperti 1) tidak ada manusia yang sempurna; saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.

Ketika seseorang dalam kondisi emosional maka otak tidak akan mampu berpikir rasional, saat inilah kita menstabilkan identitas anak. Anak kita bantu untuk tenang dan mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan.

Langkah kedua adalah memvalidasi tindakan yang salah.

Konsep langkah kedua adalah kita harus memahami kebutuhan dasar yang mendasari tindakan anak berbuat kesalahan.

Baca Juga:Polisi Tangkap Selebgram Makassar Terkait Prostitusi Online, Sekali Main Rp2 JutaZinedine Zidane Akan Gantikan Deschamps Jika Perancis Gagal Mencapai Babak Semifinal Piala Dunia Qatar 2022

Menurut Teori Kontrol, semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu (LMS Guru Penggerak, 2022).

Ketika kita menolak anak yang berbuat salah, dia akan tetap dalam masalah. Yang diperlukan adalah kita memahami sehingga anak merasa dipahami.

Langkah ketiga yaitu menanyakan keyakinan.

Teori kontrol menyatakan bahwa pada dasarnya kita termotivasi secara internal. Ketika langkah 1 dan 2 sukses dilakukan, maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dipercaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan.

Penting bertanya pada anak tentang kehidupan nanti yang dia inginkan. Ketika mereka sudah menemukan gambaran masa depannya, guru dapat membantu untuk tetap fokus pada gambarannya.

Melalui segitiga restitusi kita dapat mewujudkan mereka menjadi siswa yang merdeka. Mereka mampu menyelesaikan masalah dengan motivasi internal dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.

Segitiga restitusi dalam upaya penanganan permasalahan yang muncul pada siswa dilakukan melalui tahapan menstabilkan identitas, hal terbaik apa yang sebenarnya bisa dilakukan oleh siswa dalam berperilaku baik pada teman sebaya maupun orang dewasa.

Selanjutnya melakukan validasi tindakan, siswa belajar untuk menemukan alasannya melakukan sebuah perilaku yang kurang sesuai dengan harapan. Tujuan apa yang diinginkan darinya ketika melakukan perilaku tersebut.

Baca Juga:Meningkatkan Pendidikan Karakter yang Unggul Melalui Metode Outdoor EducationBerapa Biaya AC Milan untuk Perpanjang kontrak Rafael Leao, Ismael Bennacer dan Olivier Giroud?

Terakhir adalah menanyakan keyakinan, yaitu apa yang dia yakini dan disepakati sebagai bagian dari komunitas di sekolah dan di kelasnya.

Dalam praktik segitiga restitusi, seorang guru dapat mengambil posisi kontrol yang tepat, apakah sebagai teman, penghukum, membuat orang merasa bersalah, pemantau atau bahkan sebagai manajer.

Untuk menumbuhkan budaya positif, posisi yang paling ideal adalah posisi kontrol sebagai teman, pemantau dan manajer. Ketiga posisi ini membantu siswa untuk dapat menyuarakan hak dan keinginannya.

0 Komentar