Radar Garut -Paguyuban suporter sepak bola Indonesia sepakat agar Mochamad Iriawan alias Iwan Bule mundur sebagai Ketua Umum Persatuan Seluruh Indonesia (PSSI).
Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI), Ignatius Indro mengatakan pihaknya sepakat dengan rekomendasi Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) terkait kerusuhan Kanjuruhan yang merekomendasikan Ketum PSSI beserta jajarannya untuk mengundurkan diri.
Diungkapkannya PSSI merupakan kedudukan tertinggi di kancah sepak bola Tanah Air, maka harus bertanggung jawab atas kerusuhan yang merenggut nyawa 132 suporter bola.
Baca Juga:G20 SOE Conference: Professor Harvard, Konsep Hybrid Bank BRI Efektif Dongkrak Inklusi Keuangan IndonesiaJadwal dan Streaming DFB Pokal 2022/2023 32 Besar: Ada Hannover vs Dortmund Sampai Augsburg vs Munchen
“Kalau dari kami, PSSI jelas (harus tanggung jawab) karena dia sebagai otoritas tertinggi dari sepak bola,” katanya kepada awak media di Kantor Komnas HAM, Jakarta.
Disebutkannya, semestinya Iwan Bule mundur sebagai Ketum PSSI. Serta jajaran pengurus lainnya juga diminta mundur sebagai bentuk tanggung jawab atas terjadinya tragedi berdarah 1 Oktober 2022 lalu.
“Kalau (Iwan Bule) mundur kan sudah rekomendasi dari TGIPF ya. Kita sih sepakat dengan ini karena ini pertanggung jawaban moral dari PSSI,” tegasnya.
Lalu juga dari pihak kepolisian, sambung dia, seperti apa penanganan suporter harus beda dengan penanganan demonstrasi di luar dan dalam stadion juga beda.
Menurut Ignatius Indro, Polisi juga masih harus berbenah terkait pengamanan masyarakat. Terlebih, tidak dibenarkan dengan menggunakan kekerasan.
“Ini juga harus diperbaiki budaya-budaya kekerasan dari kepolisian, juga harus diperbaiki,” ucapnya.
Ignatius menilai bahwa terjadinya tragedi berdarah itu karena kegagalan koordinasi dari pihak-pihak terkait.
Baca Juga:Pesan Pidato Anies Baswedan dalam NasDem Memanggil, Sebut Restorasi Politik Sangat Diperlukan di IndonesiaDapat Perintah dari Ferdy Sambo Tembak Brigadir J, Bharada E Jawab Tegas: Siap Komandan!
“Itu kan kalau menurut kami, ini kegagalan koordinasi ya. Kegagalan koordinasi sehingga statuta fifa ini informasinya tidak dapat diterima oleh misalnya pihak kepolisian. Ini yang kita lihat sih,” ujar Ignatius Indro.
Lebih dalam, Ignatius Indro bercerita, bahwa sejak sebelum terjadinya Tragedi Kanjuruhan, pihaknya sudah beberapa kali mengeluhkan kepada PSSI terkait potensi-potensi masalah di lingkupnya.
Ignatius menilai bahwa terjadinya tragedi berdarah itu karena kegagalan koordinasi dari pihak-pihak terkait.
“Itu kan kalau menurut kami, ini kegagalan koordinasi ya. Kegagalan koordinasi sehingga statuta fifa ini informasinya tidak dapat diterima oleh misalnya pihak kepolisian. Ini yang kita lihat sih,” ujar Ignatius Indro.