JAKARTA, – Kasus tewasnya salah satu santri Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Pusat, Ponorogo, Jawa Timur kini ditangani oleh Satuan Reserse (Sat Reskrim) Polres Ponorogo.
Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono mengatakan, polisi telah memeriksa sembilan saksi dalam kasus tersebut.
Sembilan saksi itu yakni dua santri, empat dokter, dan tiga pengurus pondok. Jumlah saksi akan terus bertambah. Sebab, rangkaian kejadian dugaan penganiayaan tidak hanya di satu titik saja.
Baca Juga:Jadwal dan Lokasi SIM Keliling Jabodetabek Hari IniSantri Gontor Meninggal Dianiaya, Awalnya Berbohong Kini Penyelidikan Berlanjut
“Kemungkinan saksi diperiksa akan bertambah karena rangkaian kejadian tidak hanya satu titik saja,” kata dia, Selasa (6/9/2022).
“Adapun terduga pelaku berasal dari kalangan santri juga,” sambungnya.
Selain itu, dari hasil penyelidikan sementara diketahui adanya dua korban lain dari dugaan penganiayaan di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor (PMDG).
“Ada (korban lain dari dugaan penganiayaan). Korban ada tiga termasuk santri (yang meninggal),” ungkapnya.
“Satu orang yang meninggal adalah AM, santri asal Palembang, Sumatra Selatan,” imbuhnya.
Catur mengaku, bahwa penyidik telah mengantongi identitas terduga pelaku penganiayaan. Namun, Catur belum menyampaikannya karena berkaitan dengan tahap penyelidikan.
“Kami sudah mengantongi (identitas) terduga pelaku. Tapi, masih melengkapi penyelidikan agar lebih sempurna,” tuturnya.
Selain itu, lanjut Catur, olah tempat kejadian perkara dilakukan di sejumlah titik. Ini seperti di kawasan PMDG dan rumah sakit.
Baca Juga:Preview Inter Milan Vs Bayern Munich, Si ‘Ular Besar’ Punya Rekor Bagus Lawan BayernKomjen Agus Andrianto Sempat Muncul di Skema Konsorsium 303
Olah TKP dilakukan untuk memperkuat fakta dalam penyelidikan dan kasus akan naik ke tahap penyidikan.
“Barang bukti dugaan penganiayaan masih ada dan telah disita. Sedangkan peristiwa dugaan penganiayaan itu diperkirakan terjadi dua pekan lalu,” pungkasnya.
Gontor Sempat Berbohong
Sebelumnya, pihak Gontor sempat memberikan keterangan palsu terkait kematian santri berinisial AM (17) tersebut.
Pihak keluarga awalnya mendapat informasi bahwa anaknya meninggal karena kelelahan saat mengikuti Perkemahan Kamis-Jumat.
Mereka baru menyadari hal itu tak benar ketika meminta kain kafan yang menutupi tubuh AM dibuka dan jelas terlihat beberapa luka lebam di sekujur tubuh korban.
Hingga akhirnya, Juru Bicara PMDG melalui rilis tertulis menyampaikan dukacita dan permohonan maaf pada orangtua dan keluarga korban.