JAKARTA– Ketum DPP KNPI Haris Pertama sampaikan kalimat tak disangka ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) tahu harga BBM bersubsidi bakal naik.
Haris Pertama melontarkan pendapatnya pada sebuah kicauan lewat akun media sosial Twitter bernama @knpiharis.
Ketum DPP KNPI periode 2022-2025 itu terpantau memang aktif dalam memakai platform tersebut untuk menyuarakan sudut pandang pribadinya.
Baca Juga:Lagu Sedih untuk Brigadir Joshua Viral di Youtube.Ferdy Sambo Menyesal Libatkan Bharada E: Saya Salah dan Akan Tanggung Jawaban
Kini Haris Pertama angkat bicara terkait beredarnya isu harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi bakal naik dalam waktu dekat.
Menurut Haris Pertama, kenaikan harga BBM bersubsidi akan sangat berdampak pada perekonomian rakyat kecil.
“DPP KNPI meminta kepada Bapak Presiden @jokowi untuk mempertimbangkan kembali kenaikan harga BBM yang akan berdampak kepada perekonomian masyarakat kecil,” tegas Haris.
Ketum DPP KNPI periode 2022-2025 itu meminta agar Presiden Jokowi bisa mencari cara lain terhadap permasalahan ini.
“Semoga Bapak Presiden @jokowi bisa menemukan cara lain untuk tidak menaikkan harga BBM,” harap Haris.
Cuitan Haris Pertama mendulang delapan komentar, 16 retweets, dan 49 likes dari warganet sampai berita ini terbit.
BBM Naik Picu Lonjakan Inflasi
Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengingat pemerintah tentang keputusan menaikkan harga BBM bersubsidi bisa memicu lonjakan inflasi dan membuat harga-harga komoditas ikut naik.
Baca Juga:Spoiler One Piece 1058, Bounty Mihawak Terungkap! Lebih Besar dari Kurohige.Fabio Quartararo dan Francesco Bagnaia Saling Sindir Jelang MotoGP San Marino 2022.
“Kenaikan harga Pertalite menjadi Rp10.000 dan harga Solar menjadi Rp8.500 sudah pasti akan menyulut inflasi. Kontribusi inflasi kenaikan harga Pertalite diperkirakan sebesar 0,93 persen,” kata Fahmy, Selasa, 23 Agustus 2022.
“Sedangkan kenaikan harga Solar diperkirakan sebesar 1,04 persen, sehingga sumbangan inflasi kenaikan Pertalite dan Solar diperkirakan bisa mencapai 1,97 persen,” sambungnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta.
Pada Juli 2022 angka inflasi telah menyentuh 5,2 persen secara year on year (yoy), sehingga total inflasi ketika harga BBM bersubsidi naik, menurutnya, mencapai 7,17 persen (yoy).
Fahmy menuturkan angka inflasi itu jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi yang terjadi tahun lalu yang berada pada kisaran 3 persen (yoy).
“Dengan inflasi sebesar 7,17 persen akan memperburuk daya beli dan konsumsi masyarakat, sehingga akan menurunkan pertumbuhan ekonomi yang sudah dicapai dengan susah payah sebesar 5,4 persen,” imbuh Fahmy.