“Meja, kursi, pintu, dan dinding bisa bicara,” jawab Jokowi.
Panda kemudian bertanya lagi kepada Jokowi apa maksud dari alasan yang membuatnya tak nyaman tinggal di Istana Merdeka itu.
“Tidak ada pembicaraan yang bisa dirahasiakan. Semua pembicaraan dalam waktu yang singkat bocor,” tutur Jokowi.
Panda yang kaget mendengar alasan Jokowi itu langsung bertanya kepada Mensesneg Pratikno, Andi Widjajanto yang saat itu masih menjadi Sekretaris Kabinet dan Luhut Binsar Pandjaitan, yang saat itu masih menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan.
Baca Juga:Holywings Digugat Rp 100 Miliar Oleh Orang Bernama MuhammadIdul Adha di Indonesia dan Arab Berbeda
Akan tetapi ternyata ketiga orang tersebut sama sekali tidak pernah mengetahui dan mendengar cerita dari Jokowi tentang hal tersebut.
Karena masih penasaran, Panda Nababan akhirnya menanyakan pertanyaan yang sama kepada purnawirawan TNI yang pernah menjadi perwira intelijen.
Setelah itu, barulah Panda Nababan mendapat jawaban yang jelas dari sang purnawirawan TNI yang tak disebutkan namanya itu.
Disebutkan bahwa sebenarnya memang ada alat seperti proyektil yang bisa saja ditembakkan ke dinding suatu ruangan, lalu dinding itu merekam pembicaraan orang tersebut.
Bahkan alat itu dikatakan mampu ditembakkan dari kawasan Istana, seperti Jalan Merdeka Barat, Jalan Merdeka Utara, sampai ke Jalan Veteran.
“Beda halnya dengan Abdurrahman Wahid. Dia justru memilih tinggal di Istana Merdeka selama menjadi presiden. Gus Dur tidak takut pembicaraan di Istana disadap. Bahkan, di masa itu, Gus Dur mengubah suasana Istana menjadi lebih ‘kerakyatan’,” ujar Panda.
“Artinya, orang bisa masuk Istana dengan memakai sandal dan mengenakan kain sarung. Juga bebas merokok, sehingga gordin-gordin dan karpet pun bau asap rokok semuanya,” tambahnya.(dsw)