Sementara itu terkait wacana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden, Ilyasa mengatakan, hal demikian sudah menjadi bahan diskusi mahasiswa sejak beberapa tahun ke belakang.
“Ini sudah menjadi bahasan kita sejak lama. Pemerintah seolah ingin mempertahankan kekuasaan. (Diantaranya) ada usaha pemerintah dalam mengubah UUD, termasuk wacana penundaan pemilu dan perpanjangan presiden,” jelasnya.
“Itu merupakan upaya untuk memperpanjang kekuasaan. Intinya, ini merupakan suatu pembangkangan konstitusi. Itu merupakan suatu pengkebirian demokrasi Indonesia,” tambahnya.
Baca Juga:Pendeta Gilbert Akui Tidak Toleransi dengan Praktik Dukun, Peramal Serta ParanormalRespon Harga Minyak Goreng Tinggi, Pemerintah akan Salurkan BLT Rp 300 Ribu
Menurutnya, wacana tersebut tidak dipungkiri bakal terjadi. Melihat koalisi yang sangat gemuk di parlemen, kata Ilyasa, presiden ataupun legislatif bisa memainkannya dengan cepat.
“Kita menegaskan kepada presiden sebagai pemegang ekuasan paling tinggi, mahasiswa tidak akan tinggal diam. Karena itu dia (Jokowi) harus memiliki sikap tegas,” ujarnya.
“Ini (aksi) merupakan peran kita mahasiswa ataupun sebagai rakyat Indonesia bahwa kitalah pemilik sah republik ini. Bukan eksekutif, legislatif, yudikatif yang merupakan mandataris,” pungkasnya. (zar/je)