GARUT – Diminati banyak kalangan masyarakat serta memiliki potensi profit yang cukup tinggi, Akademi E-Sport Garudaku bersama Cabang Olahraga E-sport Indonesia (ESI) Kabupaten Garut lakukan pendidikan peningkatan kapasitas dan pembinaan untuk para atlet dan non atlet e-sport.
“Kami ingin mensosialisasikan lebih jauh mengenai akademi e-sport garudaku berkolaborasi dengan ESI dan sekolah-sekolah sehingga pembinaan bisa berjalan,” kata Kepala Program Akademi Esports Garudaku Robertus Aditya Pratomo Putro di Aula Universitas Garut, Selasa (29/3).
Robertus mengakui, saat ini e-sport ada yang memandang positif dan ada pula yang masih negatif.
Baca Juga:Ramadan Makin Awesome, Galaxy A14 dan A23 Bisa Jadi Penunjang Produktivitas dan Hiburan Para Gen-ZJaksa di Garut Awasi Pengadaan Barang dan Jasa Agar 40 Persennya Produk Lokal
“Jadi e-sport ini bisa dilihat sisi positif dan negatif. Jika hanya dilihat hanya dari main gamenya yang terlalu lama berarti itu berarti kecanduan dan tidak baik. Tapi dalam e-sport juga menumbuhkan sportifitas, mengembangkan mental pemenang bagi pelakunya,” katanya
Ketika atlet e-sport ini dibina, maka hal tersebut tidak akan berdampak negatif termasuk dalam bidang akademik.
“E-sport yang diakui bisa menjaga prestasi disamping akademis karena itu bisa sebanding. Kia kerjasama dengan kampus, untuk menjaga perwakilan kampus e-sport mensyaratkan minimal nilai IPK-nya 3 di kampus , atau rata rata nilai raport 70,” katanya.
Sementara itu, Ketua ESI, Widi Nugraha, mengatakan, saat ini pihaknya terus melakukan Rekrutmen atlet dengan terbuka untuk menyaring atlet yang benar-benar berkualitas
“Cabor e-sport ini ingin menyelesaikan atlet difokuskan pada kualitas atlet tersebut, saat ini kita sedang melakukan penjaringan. Dari yang ada itu akan diseleksi lagi, apa bisa mempertahankan kualitasnya atau ada yang baru. Keberhasilan Akademi esport ini memiliki peran juga untuk melaksanakan olah attitude dan mendapatkan pelatihan yang efektif,” katanya.
Menanggapi pro kontra e-sport di masyarakat, Widi mengatakan beberapa hal bisa menghasilkan dampak positif jika ada pembinaan, mengolah mental dan psikologis atlet.
“Ketika mereka yang main game itu berlebihan, itu bukan olahraga tapi kecanduan. Nah ini kita edukasi. Cukup main sehari 10 kali match selesai. Kalo main 8 jam itu bukan seorang talent dan bukan menjadi bagian kita, dan kita akan edukasi untuk main teratur dan efektif serta membuat tim komunitasnya,” katanya.