BANTEN – Berawal dari mencari cara bagaimana mendapatkan penghasilan sepulangnya dari negeri orang, Midah Dahmalia (40) mantan eks TKI Malaysia asal kota Serang Banten, memutuskan membuat kelompok pengolahan dan pemasar (Poklahsar) Bilvie.
Tekad yang kuat, kreativitas, dan potensi yang ada, menjadi bekal Midah dalam memantapkan diri membuka kelompok usaha klaster perempuan yang bergerak pada olahan ikan bandeng.
“Saya dulu eks TKI dan rata-rata yang saya tahu mantan TKI itu ketika sudah pulang ke Indonesia itu bingung mau kerja apa. Jarang yang kepikiran buka usaha, kemudian setelah saya pikir kenapa enggak saya bikin kelompok usaha, saya rekrut teman-teman eks TKI khususnya perempuan biar suksesnya berjamaah dan masing-masing pada punya penghasilan,” kata Midah.
Baca Juga:Bank bjb Gelar Turnamen Bola Voli Piala Gubernur Jabar 2022, Gelorakan Semangat SportivitasSholat Tarawih Pakai Syarat Vaksin Booster, Kenapa Konser Tidak?
Di sisi lain, besarnya potensi budidaya bandeng di kota Serang khususnya di kelurahan Sawah Luhur Kecamatan Kasemen, menarik minat kelompok pembudidaya ikan untuk membudidayakan komoditas perikanan ini.
Peluang terbuka tidak hanya meraup rupiah dalam bentuk bandeng segar. Tapi menyulapnya menjadi macam-macam produk yang memiliki nilai tambah lebih, sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih baik bila daripada dalam bentuk segar.
Dari sini, lahir usaha pengolahan sate bandeng dan bermacam-macam produk olahan dari bandeng yang digagas Midah sebagai ketua Poklahsar Bilvie. Poklahsar Bilvie beralamat di lingkungan kemang RT 01/RW 02 kelurahan Penancangan, kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang, Banten. Tepatnya dibentuk pada 2015 dengan hanya beranggotakan 5 orang.
Seiring berjalannya waktu, anggota mulai bertambah hingga 25 anggota tergabung di Poklahsar Bilvie. Ternyata, animo masyarakat yang ingin bergabung Poklahsar Bilvie juga tak terbendung. Midah pun memutuskan membentuk kelompok-kelompok usaha klaster perempuan baru yang mengolah ikan bandeng. “Dari 25 orang itu tidak hanya eks TKI saja tapi juga ada ibu rumah tangga yang ikut gabung,” ujarnya.
Modal usaha Rp 10 juta kala itu yang berasal dari pinjaman bank, menjadi batu loncatan kesuksesan Poklahsar Bilvie. Dari modal tersebut digunakan untuk membeli bahan baku sebanyak 5 kg ikan bandeng dan peralatan pengolahan ikan semi manual.