CIAMIS – Sungguh malang nasib yang menimpa Atin (42), warga Dusun Cibeureum RT/RW 28/07 Desa Cibadak Kecamatan Banjarsari. Pasalnya, sudah satu tahun suaminya pergi meninggalkannya bersama tiga anak yang menderita penyakit danmasih membutuhkan perhatian orang tua.
Kepala Cabang Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ciamis Herdiana mengatakan, Atin sekarang tinggal seorang diri membesarkan tiga anaknya, karena suaminya pergi. Apalagi, anak kedua dan ketiganya memiliki penyakit khusus.
“Anak keduanya yaitu Silvi, ia menderita penyakit cerebral palsy, namun karena keterbatasan ekonomi penyakit yang diderita anaknya ini tidak diobati dengan maksimal, karena biaya pengobatannya sangat mahal. Bahkan obat yang dianjurkan dokter pun tidak pernah ia beli karena bagi Bu Atin harganya sangat mahal, jadi dia seorang diri merawat tiga anaknya” ujar dia, menjelaskan.
Baca Juga:Pantai Barat Pangandaran Jadi Tempat Pembuangan Limbah, Ketua DPRD: Solusinya Membangun Instalasi Pengolahan Air LimbahBenarkah Gemar Menyantap Makanan Pedas Bisa Memperpanjang Umur? Ini Penjelasannya
“Selain anak kedua yang menderita cerebral, anak bungsu Bu Atin menderita penyakit talasemia dan membutuhkan pengobatan rutin, bahkan hasil diagnosa dokter harus segera dioperasi karena membahayakan keselamatannya,” kata dia, menambahkan.
Menurut dia, dengan kondisi keluarga Atin yang seperti ini sudah selayaknya para dermawan dan pemerintah turun tangan memberikan bantuan. Karena jangankan untuk berobat, memenuhi kebutuhan sehari-hari pun sangat terbatas. “Untuk makan sehari-hari saja dia lebih banyak mengutang ke saudara dan tetangganya,” ucap dia.
Maka dari itu, kata dia, pihaknya mengajak kepada para dermawan untuk membantu Atin dengan sedekah. “Insyaallah kita hapuskan beban Bu Atin bersama-sama. Insyaallah tim Aksi Cepat Tanggap Ciamis akan melakukan pendampingan pengobatan anak-anak Bu Atin dan memastikan titipan dari para sahabat dermawan tersalurkan dengan baik,” kata dia, menjelaskan.
“Selain bantuan untuk pengobatan, titipan dari sahabat dermawan juga akan digunakan untuk memulihkan ekonomi keluarganya,” kata dia, menjelaskan.
Atin mengaku kesehariannya sebagai buruh tani dan pembantu rumah tangga yang kurang lebih dalam sehari hanya mendapatkan Rp 30 ribu. “Terus terang saya bingung harus gimana lagi, saya kasian dengan kedua anak saya tapi apadaya hanya pekerja serabutan, dari mana saya bisa dapat uang sebesar itu, saya hanya bisa pasrah kepada Allah semoga segera diberi jalan keluarnya,” jelasnya.