Dengan kokohnya sektor UMKM, Sunarso yakin BRI dapat melalui tantangan ekonomi pada tahun ini dengan kinerja mengesankan.
Dirinya menceritakan, Indonesia digempur tantangan ekonomi yang datang dari luar dan dalam negeri.
Di luar negeri,
Sunarso menyebut arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dapat memiliki implikasi bagi perekonomian di Indonesia. Pasalnya, keputusan Bank Sentral AS, The Fed, dalam melakukan tapering off serta potensi kenaikan suku bunga acuannya bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan dan arus investasi.
Baca Juga:Kasus Covid-19 Semakin Meningkat, Forum Genre Kota Depok Kampanye Kesehatan Sosial Dan LingkunganSering Muncul Memar Tiba-Tiba di Kulit? Waspadai Risiko Penyakitnya
Hal itu bisa terjadi sebagai efek dari gejolak pergerakan kurs dollar AS.
Arah kebijakan moneter AS itu juga dapat memantik Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter tertinggi di dalam negeri untuk meningkatkan BI-rate.
Langkah BI dalam mengerek suku bunga acuannya bisa memberikan tekanan bagi bisnis perbankan.
Dua tantangan ini, lanjut Sunarso, telah dipetakan dengan penuh pertimbangan oleh perseroan. Membaiknya demand side menjadikan BRI optimistis tetap optimal melakukan ekspansi kredit.
“Situasi yang sebenarnya bisa saya katakan masih optimistis bahwa kami akan bisa tumbuh secara sustain,” tambah Sunarso.
BRI menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 9%-11% year on year (yoy) di tahun ini. Dari segi manajemen risiko, Sunarso yakin BRI bisa menjaga rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) di level 2,8%-3%.
Profitabilitas coba didongkrak dengan mematok target Net Interest Margin (NIM) 7,6%-7,8%, dibarengi dengan efisiensi cost of credit di kisaran 2,8%-3%.