Radar Garut – Minyak goreng bekas (minyak jelantah) merupakan limbah non-B3, namun tetap memiliki dampak terhadap lingkungan jika dibuang sembarangan. Padahal, limbah rumah tangga ini memiliki potensi ekonomi yang cukup besar jika dikelola dengan benar. Minyak jelantah bisa diproses menjadi sabun, bahan bakar minyak, hingga biodiesel.
Kurangnya edukasi mengenai pengelolaan minyak jelantah di tingkat rumah tangga menyebabkan pembuangan limbah ke saluran air dan tempat sampah, kemudian berakhir di perairan dan mencemari lingkungan.
Sifat minyak jelantah yang digunakan berulang kali dapat berubah menjadi anaerob dan merangsang pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum penyebab keracunan.
Baca Juga:Waspada! Sering Makan Gorengan, Ini Dampak Negatifnya Untuk KesehatanHati-Hati! Awal Maret 2022 Puncak Omicron Meningkat
Minyak jelantah mengandung peroksida dan aldehid, dua bahan kimia yang dapat merusak sel dan memicu aterosklerosis.
Idealnya, minyak goreng sebaiknya harus diganti secara rutin setiap kali memasak supaya lebih aman dan sehat. Maksimal 2 kali penggunaan.
Memasak dengan minyak goreng bekas alias minyak jelantah ternyata sangat tidak dianjurkan. Pasalnya, ada banyak bahaya minyak goreng bekas yang mengintai Anda sekeluarga. Apa saja? Mari simak penjelasannya berikut ini.
1. Keracunan makanan
Menggoreng makanan dengan minyak yang sama memang tampak lebih hemat dan praktis. Namun hati-hati, kebiasaan ini ternyata dapat menyebabkan keracunan makanan.
Ketika minyak goreng bekas tidak disaring dan disimpan dengan benar, bakteri akan memakan sisa-sisa makanan yang tertinggal dalam minyak. Bila minyak tersebut digunakan berulang kali, sifat minyak akan berubah menjadi anaerob dan merangsang pertumbuhan Clostridium botulinum. Clostridium botulinum adalah bakteri penyebab botulisme, yaitu jenis keracunan makanan yang parah dan fatal.
2. Memicu kanker
Selain akibat menggunakan minyak goreng bekas berulang-ulang, minyak goreng yang dimasak pada suhu tinggi juga dapat memicu kanker payudara.
Memanaskan minyak berulang kali diketahui dapat merusak struktur kimia minyak dan melepaskan acrolein. Acrolein adalah zat racun yang dikenal bersifat karsinogenik alias memicu kanker.
Namun, perlu dicatat bahwa penggunaan minyak jelantah tidak serta merta menyebabkan kanker payudara, tapi cenderung meningkatkan penyebaran kanker yang sudah ada. Masih diperlukan penelitian dan analisa lebih lanjut untuk membuktikannya.