CIREBON – Cirebon kaya akan budaya, tradisi, dan sejarah. Salah satunya Adzan Pitu atau Adzan 7 yang ada di Kota Cirebon.
Tradisi Adzan Pitu biasa dilakukan 7 orang muazdin jelang pelaksanaan sholat Jumat.
7 orang muazdin dengan pakaian serba hijau atau putih ini, secara bersamaan melantunkan adzan.
Baca Juga:Wanita Cantik Kader PSI Jadi Tersangka Usai Tewas Kecelakaan, Polisi Langsung Terbitkan SP3Miyabi, Artis Porno Jepang Pilih Jadi Youtuber
Jubah tersebut harus dikenakan para muazdin, untuk membedakan dengan jamaah yang lain.
Meski dilakukan oleh 7 orang, lantunan Adzan Pitu masih terdengar seirama.
Tradisi Adzan Pitu sejak jaman Sunan Gunung Jati ini, lestari hingga jaman sekarang.
Adzan Pitu biasa dilantunkan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Kasepuhan, Kota Cirebon.
Awal mula adzan pitu dilaksanakan atas perintah Sunan Gunung Jati untuk memusnahkan pengaruh sihir.
Menurut beberapa sumber, sihir ditebar untuk menteror jamaah Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang dilancarkan oleh Menjangan Wulung.
Menjangan Wulung sendiri, adalah sosok gaib yang diutus seseorang yang tidak suka dengan perkembangan Islam di Cirebon.
Sihir tersebut memakan korban jiwa seorang muadzin yang tewas secara misterius ketika akan mengumandangkan adzan subuh di Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Baca Juga:259 Warga Kota Tegal Terpapar Covid-19Perampokan di Graha Alana Cempaka Cirebon, Diduga Ada Unsur Cinta Sejenis
Kejadian tersebut mengakibatkan ketakutan yang luar biasa bagi jamaah lainnya yang akan pergi ke masjid tersebut.
Selain teror sihir, amukan Menjangan Wulung ini semakin menjadi, akibatnya atap masjid yang masih terbuat dari rumbia mengalami kebakaran hebat.
Api yang melalap atap masjid tidak bisa dikendalikan, berbagai upaya dilakukan untuk menjinakan api namun selalu gagal.
Sampai akhirnya Nyi Mas Pakungwati istri Sunan Gunungjati menyarankan agar dikumandangkan adzan.
Api yang berkobar belum juga padam, kemudian orang kedua kembali mengumandangkan Adzan hingga berturut-turut sampai 6 orang.
Konon api baru padam setelah adzan dikumandangkan oleh 7 orang muadzin, atas perintah dari Sunan Gunung Jati berdasarkan petunjuk Ilahi.
Menjangan Wulung berhasil ditaklukkan, menurut cerita dia melarikan diri ke arah Banten dan tak pernah kembali.
Disebutkan pula, Menjangan Wulung ketika kabur menghantam memolo (hiasan berbentuk simbar di puncak masjid) yang ada di puncak masjid hingga terpental jauh.
Cerita lain menyebutkan bahwa memolo tersebut hancur akibat ledakan yang terjadi saat aksi Menjangan Wulung tersebut.