Minyak Goreng Mahal di Pasaran, Kemendag: Stok Lama Kembalikan Ke Suplayer

Minyak Goreng Mahal di Pasaran, Kemendag: Stok Lama Kembalikan Ke Suplayer
Ilustrasi Pixabay Minyak Goreng
0 Komentar

Pedagang di pasar tradisional masih memiliki kendala dalam penerapan harga minyak goreng satu harga yang ditetapkan pemerintah. Pedagang masih menjual minyak goreng dengan harga lama dan mahal atau di atas harga eceran terendah, karena barang yang mereka jual adalah stok lama.

Potret tersebut terekam oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag). Persoalan yang dialami oleh para pedagang minyak goreng di pasar tradisional, membuat harga minyak gorengyang dijual pedagang di pasar masih mengalami kenaikan dan mereka masih jual dengan harga lama dengan beralasan stok lama.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan mengatakan, minyak goreng yang ada di pasaran yang di jual oleh pedagang saat ini merupakan stok lama, sebelum pemerintah melakukan intervensi Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 14.000 per liter.

Baca Juga:Pengemudi Mengantuk, Mobil Terbalik Di Jalan Kabupaten CiamisPenemuan Kasus Baru Covid-19 di Pangandaran, PTM 6 Jam Perhari

Menurut Oke Nurwan, pemerintah telah menginstruksikan para pedagang pasar tradisional untuk mengembalikan stok lama mingak goreng kepada agen atau distributor tempat mereka membeli. Tujuannya untuk mencegah kerugian para pedagang pasar akibat dari penetapan HET minyak goreng.

“Stok lama dikembalikan tidak dikembalikan suplayer. Pedagang tapi nggak punya transaksinya. Ini fenomenanya,” kata Oke Nurwan secara virtual, Selasa (8/2/2022).

Oke Nurwan menyebut, penyebab tingginya harga minyak goreng di luar pasar ritel modern yang saat ini terjadi karena para pedagang terlanjur membeli produk dengan harga tinggi. “Jadi tetsp harga tinggi karena pedagang mau habiskan stok dulu,” ucap Oke Nurwan.

Pihaknya memastikan, fenomena tersebut hanya berlangsung sementara. Nantinya, masyarakat dapat segera memperoleh harga minyak goreng dengan harga yang terjangkau sesuai dengan HET yang ditetapkan yaitu Rp 14.000 per liter.

Selain itu, Ia juga memastikan fenomena lonjakan harga sawit di pasar global tidak akan berpengaruh ke harga minyak goreng dalam negeri.

“Mau dihabiskan enggak laku. Karena masyarakat sudah tahu harga Rp 14.000 per liter. Untuk para pedagang, kalau dikembalikan ke suplayer terus ke lebih tinggi, tapi enggak berjalan baik. Mereka lebih banyak diskusikan kembakikan ini,” ucap Oke Nurwan.

Oke Nurwan menambahkan, untuk skema pengembalian stok minyak goreng sudah diinstruksikan sebelumnya, namun tidak segera dilakukan.

0 Komentar