PANGANDARAN – Para petani di Kabupaten Pangandaran sebagian sudah memasuki masa panen. Namun beberapa petani mengeluhkan kualitas padi yang kurang baik.
Salah seorang petani Suryaman (45) mengatakan, sawah miliknya sering terendam banjir cilencang. Akibatnya kualitas padi yang dihasilkan kurang baik.
”Ya mubah saja, perkembanganya terhambat, bulir padinya kurang bagus,” jelasnya Minggu (6/2/2022).
Baca Juga:Tidak Ada Keramaian di Hari Jadi Garut, Begini Kata SekdaPemkab Garut Akan Lakukan Asesmen Kaitan PTM Dilanjut atau Tidak
Ia mengatakan bahwa bulir padi yang dihasilakn tidak normal dan ukuranbya sangat kecil. “Kalau kata orang sini mah baregang (kurus, Red),” terangnya.
Sementara jika padi yang terendam belum berbuah, biasanya tidak akan tumbuh bagus. ”Tidak akan sampai berbuah, harus tanam kembali,” jelasnya.
Salah seorang petani lainnya Didi (40) mengatakan salah satu permasalah yang akan dihadapi saat panen adalah jatuhnya harga gabah. ”Biasanya sampai Rp 400 ribu per kuintal, kalau lagi mahalnya bisa sampai Rp 600 ribu per kuintalnya,” tuturnya.
Didi mengatakan menjual gabah hasil panen harusnya saat beberapa bulan usai panen. Sebab harganya mahal.
Petani asal Cijulang Wawan Kurniawan (38) juga mengeluhkan hasil panen yang kurang bagus. ”Karena hujan yang ekstrem kang,” tuturnya. (den/radartasik)