GARUT – Suswanto (51), adalah salah satu dari banyak guru yang mendedikasikan dirinya menjadi seorang pengajar meskipun masih menjadi guru honorer di SD Pasanggrahan 2-3 Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut.
Suswanto menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut selama 18 tahun, dan selama waktu itu juga dia masih menjadi tenaga pengajar honorer.
Suswanto harus menghidupi seorang istri dan kedua anaknya dengan upah 400 ribu rupiah dan diberikan kepadanya setiap 3 bulan sekali.
Baca Juga:Nilai Ekonomi Digital Indonesia Menjadi yang Tertinggi di ASEAN pada Tahun 2020Uu Ruzhanul Ulum Merasa Terusik dengan Isu Pembubaran MUI
“Kalau sudah mengajar, ya paling untuk menambah uang dengan menjadi seorang ojek dan bertani. Yang penting halal,” kata Suswanto saat diwawancara di Gedung PGRI Kecamatan Sukawening, Rabu (24/11/21).
Suswanto memulai menjadi tenaga pengajar sejak tahun 2003. Selama ini Dia sangat bangga karena murid – murid yang dia ajar sudah menjadi seorang bidan, hingga bekerja pada suatu instansi pemerintahan.
Dalam momen Hari Guru Nasional yang jatuh pada hari Kamis, 25 November 2021 ini, dia berharap kepada pemerintah untuk mensejahterakan para honorer.
Dia juga mengatakan, pada tes kemarin dia sempat ikut, namun gagal karena para pesaingnya mendapatkan skor yang lebih tinggi.
“Ya namanya usia yang sudah lanjut, jangankan ke komputer atau laptop yang canggih, saya merasa tidak bisa jika dibandingkan dengan para pesaingnya yang memiliki umur jauh lebih muda,” katanya.
Suswanto merasa sedih, karena para tenaga pendidik yang usianya jauh dari dirinya sudah diangkat menjadi PNS.