Update Program PEN
Realisasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) s.d. 22 Oktober 2021 mencapai Rp433,91 triliun atau 58,3% dari pagu Rp744,77 triliun. Jika dilihat per klaster, maka realisasinya adalah sbb:
- Realisasi Klaster Kesehatan sebesar Rp116,82 triliun (54,3%);
- Realisasi Klaster Perlinsos sebesar Rp125,10 triliun (67%);
- Realisasi Klaster Program Prioritas sebesar Rp68,07 triliun (57,7%);
- Realisasi Klaster Dukungan UMKM dan Korporasi sebesar Rp63,20 triliun (38,9%);
- Realisasi Klaster Insentif Usaha sebesar Rp60,73 triliun (96,7%).
Realisasi Klaster Kesehatan yang sebesar Rp116,82 triliun yang utama adalah untuk Diagnostik (Testing dan Tracing) realisasi sebesar 66,7% atau Rp3,01 triliun, Therapeutic (Insentif dan Santunan Nakes) sebesar Rp14,07 triliun atau 74,3% dari pagu Rp18,94 triliun, dan Vaksinasi (Pengadaan dan Pelaksanaan) sebesar 42,1% atau Rp24,31 triliun.
Sedangkan, realisasi dari klaster Perlinsos yang sebesar Rp125,10 triliun antara lain digunakan untuk Program Keluarga Harapan (PKH) sebesar 73,4% atau Rp20,79 triliun dari pagu Rp28,31 triliun, Kartu Sembako sebesar 60,7% atau Rp30,27 triliun dari pagu Rp49,89 triliun, BLT Desa sebesar 60,6% atau Rp17,45 triliun dari pagu Rp28,80 triliun; dan Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebesar 75,60% atau Rp6,65 triliun dari pagu Rp8,80 triliun.
Baca Juga:PLN UP3 Garut Beri Bantuan Pemasangan Listrik GratisSekda Garut: Peralihan Pejabat Struktural ke Fungsional, Tunjangan Tak Boleh Berkurang Tapi Tupoksi Akan Dikurangi
Pada Ratas tersebut, Presiden juga terus mengingatkan agar masyarakat jangan euforia dengan penurunan kasus yang secara konsisten terus terjadi, tetapi tetap perlu terus menjaga penerapan Prokes pada setiap mobilitas dan aktivitas masyarakat. Percepatan Vaksinasi dan Penerapan Prokes secara ketat menjadi kunci dalam menjaga dan mencegah terjadinya gelombang berikutnya atau lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia. Perlu kewaspadaan dan kecepatan bertindak dalam mengantisipasi berbagai potensi terjadinya lonjakan kasus Covid-19.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Kesehatan mengingatkan kejadian di Inggris saat ini yang mengalami lonjakan kasus sangat tinggi, meskipun mempunyai cakupan vaksinasi tinggi (fully vaccinated sebesar 67%). Peningkatan kasus di Inggris disebabkan oleh Varian Delta dengan Sub-Variannya yaitu AY.4.2 yang diduga menjadi penyebab utama meningkatnya kasus di Inggris. Sub Varian AY.4.2 merupakan salah satu Sub Varian Delta yang dominan di dunia, namun sampai saat ini masih belum ditemukan di Indonesia.
Turut hadir dalam Konferensi Pers tersebut yakni Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. (rep/fsr/hls)