“Kalau saya menolak tegas perubahan nama-nama gunung di jalan-jalan kota Garut menjadi nama-nama tokoh, karena dari sisi periodisasi, alam (gunung) lebih dulu ada sebelum sejarah tokoh dan peran-perannya,” tegas Asep.
Selain itu, menurut Asep penamaan jalan di kota Garut dengan nama gunung, itu unik, berbeda dengan daerah lain. Posisi jalannya pun, mengarahkan pandangan orang yang ada di jalan tersebut pada gunungnya.
“Contoh jalan cikuray, jika kita berjalan dari perempatan ceplak menuju perempatan pasundan maka kita akan mengarah dan menghadap Gunung cikuray. Begitupun jalan2 gunung yang lain,” jelasnya.
Dengan posisi seperti itu, menurut Asep filosofinya adalah mengingatkan masyarakat untuk senantiasa menghadapkan wajah pada gunung, dalam arti gunung sebagai orientasi dalam sejarah kemanusiaan dan kebudayaan Garut.
Baca Juga:Tiga SMKN di Garut Akan Jadi BLUD, Berikut Nama-nama Sekolah yang DitunjukSukses dengan Jaket Bomber Kang Una, Thadea Banjir Undangan Talkshow dan Diskusi UKM
“Karena gunung secara material dan mitologi sungguh memberi arah, dalam rajah Cikuray disebutkan “Cikuray tetengger Nagri”, ini mitologi dalam bernegara,” katanya.
Asep mengusulkan, penggunaan nama-nama tokoh Garut yang namanya akan menggantikan nama-nama gunung pada jalan-jalan di Garut, digunakan untuk nama-nama jalan-jalan baru yang dibangun Pemkab Garut.
“Jadi nama-nama tokoh yang diusulkan, dibuat untuk nama-nama jalan baru, tidak mengganti jalan yang sudah ada, dengan jalan baru, kita bisa tahu bahwa di Garut ada pembangunan,” katanya.
Asep berharap, bupati dan DPRD lebih menghayati kondisi topografi Kabupaten Garut saat ini yang tersimbolkan dalam logo Pemkab Garut berupa gambar gunung dan sungai. Artinya, bupati dan DPRD Garut haru memiliki rasa berkepentingan yang kuat akan kondisi topografi Garut. Karena, dengan rasa berkepentingan yang kuat, akan lahir visi strategis untuk menjaga kondisi lingkungan di Garut sebagai penyangga kehidupan warga Garut kedepan.
“Mengabadikannya jadi nama-nama jalan di Garut, bagian dari rasa berkepentingan ini, bagian dari visi pemimpin di Garut, jadi tidak ada alasan untuk diganti, bahkan harusnya dikukuhkan dalam Perda,” tegasnya.
Asep pun mengingatkan tembang papatet sunda yang menggambarkan kondisi topografi dan keindahan kota Garut yang berbunyi “Dayeuh dilingkung ku gunung, pernahna sisi wahangan”, tembang ini, jelas menunjukan kondisi Kota Garut sebagai kota yang dikelilingi gunung dan berada di dekat sungai (Cimanuk).