” Untuk mengalihkan pertunjukan dari in situ ke virtual bagi kami masih agak sulit dilakukan, karena memerlukan banyak piranti dan sumber daya manusia pendukung (kamera dan lighting system yang memadai, koneksi internet yang tinggi) dan tentu sulit dijangkau biayanya,” tambahnya.
Pertunjukan dilanjutkan ke kaul dan orasi kang Darpan Ariawinangun, yang menekankan bahwa komunitas-komunitas budaya terutama harus mengedepankan atau memelihara nilai-nilai kemanusiaan dan menjaga atau mienjadi motor penggerak sikap toleran. Karena dua hal di atas semakin hari semakin pudar nilainya.
” Kami kira tidak akan pernah selesai kalau kita senantiasa menginventarisir keluhan, sekarang ini persoalan bagi kami adalah bagaimana agar tetap produktif dengan situasi dan keadaan serta sumber daya yang masih ada. disebutkeun hese bakal tambah hese, disebutkeun babari bakal aya solusi. Keep on rolling saja baby, everything will gonna be jongjon,” pungkasnya.(fit)