“Agar rumah semai ini bisa menjalankan fungsinya dan memberikan insentif bagi relawan MPL dan rumah sampah dari produksi bibit, kami mengharapkan dukungan dari para stakeholder baik swasta maupun pemerintah dalam pengembangannya,” harap Dadan.
Sejatinya, di samping kendala permodalan dan pupuk, petani juga masih kesulitan mendapatkan bibit berkualitas karena terbatas.
“Kami tentu senang kalau ada pihak-pihak yang bisa membantu petani mendapatkan bibit unggul, khususnya kopi. Harapannya, dengan bibit yang bagus tentu produktivitas hasil panen pun bisa meningkat,” sebut Wawan, petani asal Kampung Dukuh, Desa Karyamukti, Kecamatan Cibatu.
Baca Juga:Bupati dan Anggota DRPD Garut Berikan Doorprize dalam Vaksinasi di KadungoraKasus Swab Antigen Bekas Segera Disidang
Mengenai pengembangan bank sampah, Rismanto, pengelola Rumah Sampah Salarea mengatakan, pihaknya masih membutuhkan fasilitasi untuk pelatihan manajemen bank sampah dan peningkatan kapasitas.
“Rumah sampah mulai beroperasi dengan kapasitas produksi 50 kilogram per hari. Mudah-mudahan keberadaan rumah sampah ini menjadi solusi atas persoalan sampah liar, mendatangkan berkah bagi masyarakat, dan inspirasi bagi gerakan peduli lingkungan,” terangnya.
Mulyana, Pengelola Rumah Sampah MPL Pasir Waru mengajak perusahaan swasta lainnya untuk membantu kelompok-kelompok masyarakat yang bergerak di pemberdayaan dan pendampingan, khususnya di wilayah pedesaan dan masyarakat pinggiran.
“Kontribusi pihak perusahaan swasta dan BUMN sangat penting untuk memajukan ekonomi desa. Makanya, langkah positif dari Jamkrindo melakukan pemberdayaan di Garut yang berkelanjutan bisa diikuti oleh perusahaan lainnya,” harap dia.(bbr/fit)