GARUT – Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Garut, Heri Gunawan mengatakan, saat ini keberadaan oksigen masih langka di Garut.
Tidak hanya langka, harganya pun naik 150 persen lebih mahal dibanding sebelumnya.
“Kita telah melakukan peninjauan terkait ketersediaan oksigen. Peninjauan dilakukan di tiga depot oksigen kita datangi. Ternyata oksigen memang masih langka,” sebut Heri, Kamis (15/7).
Baca Juga:Terdampak PPKM, Pelaku Usaha Curhat di SpandukBegini Cara Dapatkan Obat Isoman Gratis
Kelangkaan oksigen di Garut, berdasarkan hasil peninjauan terjadi karena pasokannya yang minim. Selama ini, kebutuhan oksigen di Garut dipasok dari Bandung dan Tasikmalaya.
Karena kelangkaan tersebut pun, dampak lainnya adalah terjadinya kenaikan yang cukup signifikan dibanding sebelumnya. Untuk satu tabung dengan ukuran 6 kubik, kini pembeli harus mengeluarkan uang Rp80 ribu sampai Rp100 ribu.
“Sebelumya, untuk ukuran tersebut, pembeli cukup mengeluarkan uang Rp38 ribu atau paling mahal Rp40 ribu. Jadi ada kenaikan harga hingga 150 persen,” ungkapnya.
Walau begitu, menurut Heri, para pemilik depot oksigen di Garut tidak bisa berbuat banyak karena naiknya harga juga juga kelangkaan terjadi di kabupaten dan kota lainnya.
Pasokan oksigen ke Kabupaten Garut, dijelaskan Heri, selama ini tidak hanya digunakan untuk keperluan medis saja. Sektor usaha lainnya, seperti penjual ikan hingga tukang las pun kerap menggunakan oksigen untuk usahanya.
Namun karena di masa pandemi Covid-19 ini, apalagi saat ini terjadi peningkatan kasus yang cukup signifikan, kebutuhan oksigen diutamakan untuk kebutuhan medis.
“Kami berharap kelangkaan dan mahalnya harga oksigen ini tidak berlangsung lama karena tentu akan sangat merepotkan apalagi saat ini tingkat kebutuhannya yang melonjak hingga empat kali lipat,” tutup Heri. (igo)