GARUT – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, proyeksi permintaan rumput laut negara-negara Asia Pasifik sebagai pasar terbesar di dunia mencapai USD23,04 miliar di 2027.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Artati Widiarti meyakini Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam industri rumput laut dunia. Mengingat, terjadinya lonjakan permintaan rumput laut untuk industri pangan, pakan, obat-obatan, dan kosmetik.
“Menurut Fortune Business Insights, pasar rumput laut akan terus tumbuh dengan meningkatnya permintaan dan produksi dari negara-negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, India dan Jepang, termasuk Indonesia untuk bahan pangan, kosmetik, farmasi, bahan perekat dan gel,” kata Artati, Kamis (17/6/2021).
Baca Juga:Proyeksi Kenaikan Suku Bunga The Fed di 2023, Bikin Emas Jatuh Lebih dari 1 PersenBupati Garut: Banyak Masyarakat Tidak Mau Lapor Gejala Positif
Dapat disampaikan, bahwa pemanfaatan rumput laut untuk konsumsi manusia menyumbang lebih dari 77 persen dari keseluruhan pangsa pasar global.
“Kebutuhan ini diproyeksikan meningkat di masa mendatang karena perubahan lifestyle kebiasaan makan yang sehat, dan meningkatnya populasi penduduk,” kata Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP Machmud.
Khusus untuk pasar Amerika Serikat, Machmud menyebut, nilai industri rumput laut sebesar USD311,4 juta pada 2019. Jumlah ini diperkirakan berkembang pesat dengan meningkatnya pemanfaatan untuk industri farmasi.
Selain itu, kebutuhan rumput laut merah pada 2020-2027 diprediksi akan tumbuh 9,2 persen dengan produk utama semi-olahan dan olahan, khususnya karaginan.
“Permintaan pasar rumput laut di AS didominasi oleh jenis merah, diikuti oleh cokelat dan hijau,” ujarnya.
Seperti diketahui, rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan Indonesia. Bahkan jumlahnya mencapai 8,6 persen dari total biota di laut. Luas wilayah habitat rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektare atau terbesar di dunia. (der/fin)