GARUT – Seorang tenaga kesehatan yang bertugas di ruang khusus perawatan pasien Covid-19 RSD dr. Slamet Garut meninggal dunia pada Sabtu (22/5) setelah sempat terpapar virus corona.
Sebelum meninggal, perawat yang diketahui bernama Beny Fandala itu diketahui sudah menjadi perawat khusus pasien Covid-19 sejak awal pandemi.
Direktur RSUD dr Slamet Garut, Husodo Dewo Adi menyebut bahwa perawat yang meninggal dengan status aparatur sipil Negara (ASN). Perawat tersebut sempat dirawat juga di ruang solasi khusus sebelum meninggal. Ia pun diketahui memiliki penyakit penyerta.
Baca Juga:Ahab : Palestina Urusan KitaSiap-siap! Badai Besar Akan Terjadi di Bulan Juni 2021
“Sempat dirawat selama 4-5 harian. Ada penyakit penyertanya. Kondisi terakhir sebelum meninggal memang ga bagus karena ada infeksi di paru. Dia juga ada penyakit diabetes berat, jadinya gampang menyebar ke mana-mana,” kata Husodo, Minggu (23/5).
Saat ini pihaknya masih mencari dimana korban bisa terpapar Covid-19. Namun hasil penelusuran awal, ia terpapar di lingkungan keluarga, bukan saat melakukan penanganan pasien Covid-19 di RSUD dr Slamet Garut.
Hal itu diyakini Husodo karena seluruh tenaga kesehatan, sata bertugas selalu menerapkan aturan yang ketat, khususnya dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) yang lengkap. Hingga saat ini pun ketersediaan APD di tempatnya disebut masih cukup.
“Perawat yang meninggal kemarin ini memang perawat di bagian Covid-19 dan bertugas di ruang Cempaka RSUD dr Slamet Garut yang khusus menjadi ruang isolasi pasien Covid-19. Sejak awal pandemi, beliau ini memang sudah bertugas sebagai perawat khusus Covid-19,” ungkapnya.
Dengan meninggalnya perawat ini Husodo berharap agar para tenaga kesehatan tetap lebih disiplin dalam melakukan protokol kesehatan dan lebih berhati-hati lagi. Masyarakat pun diminta agar lebih memahami tentang Covid-19, termasuk bahayanya sehingga kemudian melaksanakan protokol kesehatan yang lebih baik lagi.
“Semuanya agar selalu melakukan 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilisasi dan interaksi) dengan lebih disiplin,” tutup Husodo. (igo)