“Adanya tarikan ideologis, adanya cacat hukum, dan permasalahan-permasalahan yang pernah terjadi seperti isu hambalang, isu keluarga, isu korupsi lah diangkat. Itu artinya, ada trik-trik yang dimainkan, bahwa misalnya ada tarikan ideologi bahwa Demokrat yang sekarang ini agak cenderung radikal misalnya,” ucapnya.
“Kita kan tidak tahu tarikan ideologi itu akan seperti apa, ya kalau nggak ke kanan ya ke kiri, ke kanan itu radikalisme, ke kiri itu komunisme. Misalnya gitu, terus apa iya begitu? kita kader-kader di daerah kan selama ini biasa-biasa aja cenderung nasionalis religius. Ini kan jadi sesuatu yang dicari-cari,” jelasnya.
Selama ini, Wakil Ketua Komisi X DPR RI itu sudah berusaha menetralkan keadaan dengan menjawab setiap pertanyaan masyarakat baik secara langsung ataupun komentar di media sosial terkait masalah apa yang membelit Partai Demokrat.
Baca Juga:Kerajinan Nyiru di Kampung Kewong Minim Penerus, Pengrajin Harapkan Dukungan PemerintahKepengurusan Demokrat Kubu Moeldoko Ditolak Kemenkumham
“Saya menjawab, ketika kita sedang sibuk bekerja demi rakyat, ada yang nggak suka, oleh karena itu dicari-carilah kesalahan, jadi marilah kita doakan AHY dan Demokrat tetap bekerja untuk rakyat, agar kita bisa mengawal demokrasi dan bangsa ini,” katanya.
Ia meyakinkan, sebetulnya di tubuh Demokrat itu tidak ada masalah apa-apa, tidak ada perpecahan yang mendasar. Justru yang berkumpul di kubu KSP Moeldoko adalah orang-orang yang dulunya berada di Demokrat namun tidak sepaham.
“Bisa dibilang akarnya dari barisan sakit hati,” pungkasnya. (Yul)