“Dalam menguatkan sektor pertanian, kami juga akan melibatkan UMKM dari hulu sampai hilir. Mereka diberi lahan dan modal kerja. Hasil panen dijual secara daring,” imbuhnya.
Ipong juga menyatakan, sektor pertanian memiliki efek domino. Jika pertanian dapat bergerak optimal, maka sektor lainnya seperti logistik dan distribusi pun bisa berjalan baik.
“Dengan menjaga ketahanan pangan, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dapat bergerak,” katanya.
Baca Juga:MUI: Vaksinasi Tidak Membatalkan PuasaGuru yang Dikabarkan Lumpuh Setelah Vaksinasi Sudah Bisa Berjalan
Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jabar, A Sopyan, mendukung program tersebut. Menurutnya dalam rangka menumbuhkan milenial yang berperan menjaga ketahanan pangan.
Dikatakan Sopyan, jika dilihat dari statistik data petani di Jawa Barat sekitar 3,2 juta jiwa, hanya 30 persen atau 900 ribu yang merupakan dari kalangan pemuda atau milenial.
“Banyak potensi yang memang untuk lahan pertanian di Jawa Barat ini, bukan hanya pada sektor pertanian padi, tapi potensi lainnya yang memang bisa digarap oleh milenial,” katanya.
Menurutnya, jika melihat demografi di Jawa Barat ini 70 persen warga tinggal di pedesaan, tentunya hal ini akan menjadi daya ungkit untuk menggenjot potensi petani milenial.
“Yang paling penting adalah selain membentuk 1.000 petani milenial, tapi bagaimana memberikan edukasi dan pendampingan kepada petani milenial ini bisa melakukan terobosan menjadi petani yang berdaya saing,” jelasnya.
Diharapkan dengan ribuan petani milenial ini bisa menciptakan dan merubah tatanan dan mindset keberadaan petani itu sendiri. Bukan hanya padi, tapi potensi lain yakni kopi, palawija, vanili dan pertanian lainnya.
“Mari rubah pola pikir saat ini menjadi petani adalah mulia dan menguntungkan baik secara pribadi, masyarakat dan negara. Apalagi terlibat dalam menjaga ketahanan di Jawa Barat,” pungkasnya. (win/Jabar Ekspres)