GARUT– Enam siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta di Kota Bandung sempat batal mengikuti ujian tengah semester (UTS) yang telah dijadwalkan karena menunggak biaya SPP. Hal tersebut turut ditanggapi oleh Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana.
Menurutnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah memberikan bantuan melalui program siswa Rawan Melanjutkan Pendidikan (RMP).
“Itu termasuk kita biayai juga anak-anak RMP yang di sekolah swasta. Secara aturan itu nggak boleh (tidak mengikuti ujian, red) dan Pemkot sudah hadir. Anggaran kita besar berapa ratus miliar dari semua tingkatan SD, SMP, SMA bahkan kita juga biayai orang yg kuliah. Padahal SMA itu domainnya provinsi selama dia ber-KTP Bandung kita bantu dan biayai yang RMP,” ungkap Yana di SMPN 7 Kota Bandung, Rabu (17/3).
Baca Juga:Gedung Pemda KBB Kembali Digeledah KPKTak Ingin Petani Kelimpungan, Dewan dan Gubernur Jabar Tolak Impor Beras
Ia lebih lanjut membeberkan, seharusnya sekolah bisa mengatur anggaran operasional yang telah diberikan pemerintah. Terlebih, saat pandemi seperti ini, yang menurutnya mengurangi kebutuhan operasional.
“Secara teori, yang kita bantu itu kan sekolah. Harusnya sekolah dia bisa me-manage bantuan yang diberikan pemerintah. Apalagi sekarang kan dengan PJJ sebetulnya cost itu (berkurang) kan. Sebetulnya kita bantuannya katakanlah normal tapi kalau dia me-manage-nya baik harusnya cukup,” bebernya.
“Harusnya tidak ada alasan siswa gak bisa ikut ujian. Dan setau saya gak boleh. Kita negara punya kewajiban memberikan pendidikan 12 tahun. Wajib belajar,” tegas Yana.
Tak hanya itu, ia menambahkan, pandemi Covid-19 memberikan dampak ekonomi sosial yang dinamis. Sehingga, pendataan untuk masyarakat miskin baru berubah-ubah setiap saat.
“Jadi data DTKS yang digunakan untuk memberikan bansos atau RMP kan itu datanya gak mungkin tiap hari berubah dan harus divalidasi. Hari ini disurvei dia mampu, seminggu kemudian bisa berubah. Karena dinamis tadi,” jelasnya.
Salah satu wali siswa yang enggan disebutkan namanya mengatakan, cucunya bersekolah di bangku kelas 2 SMP, sementara ayahnya tidak memiliki penghasilan selama masa pandemi. Alhasil, biaya sekolah tidak dapat terpenuhi.
“Bapaknya ini kan enggak kerja pas corona pisah dengan ibunya. Harusnya jadi tanggungan bapaknya. Terus saya khawatir anaknya enggak bisa lanjut sekolah karena belum bayar, ulangan (ujian) enggak bisa ikut katanya,” ujar nenek berusia 56 tahun tersebut saat diwawancarai belum lama ini.