RadarPriangan.com, GARUT – Komandan Kodim (Dandim) 0611 Garut, Letkol CZi Deni mengatakan bahwa banjir yang kerap terjadi di Selatan Garut akibat terjadinya alih fungsi lahan yang seharusnya ditanami pohon tegakan.
Dandim sendiri mengetahui kondisi tersebut setelah pihaknya melakukan peninjauan langsung ke lapangan menggunakan helikopter bersama BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
Dalam peninjauan tersebut, di kawasan pegunungan Garut Selatan yang seharusnya ditumbuhi pohon keras beralih menjadi palawija dan sayuran.
Baca Juga:KNPI Garut Sarankan Dana Covid-19 Garut untuk Sektor ProduktifBupati Garut Akan Keluarkan Surat Edaran untuk Membatasi Keramaian
“Banyak tanaman sayuran, tomat, kentang, kolo, dan lainnya. Jadi ada alih fungsi lahan disana yang seharusnya menjadi daerah resapan air,” ujarnya, Rabu (18/11/2020).
Kendati demikian, Dandim tidak mengetahui secara pasti berapa luas lahan yang beralih fungsi teresbut. Namun diperkirakan terdapat ratusan hektare.
Pihaknya dalam hal ini tidak menyalahkan siapa-siapa atas kerusakan lahan tersebut.
“Kita sudah melakukan rapat dengan sejumlah pihak untuk memperbaiki kawasan hulu yang sudah rusak akibat alih fungsi lahan itu,” ungkapnya.
Saat ini, dijelaskan Dandim, sejumlah anggota TNI yang bertugas di Kodim 0611 Garut masih terus melakukan kegiatan di lapangan untuk membantu masyarakat yang terdampak banjir yang terjadi pada Senin (12/10) pagi itu.
“Untuk yang besarnya saat ini kita sedang membangun jembatan menggunakan dana dari yayasan-yayasan kemanusiaan. Jembatan yang kita bangun ini menghubungkan Desa Paas dengan Desa Depok. Ini harus segera karena jembatan itu satu-satunya akses yang bisa digunakan selain menyebrangi sungai,” jelasnya.
Anggota TNI pun melakukan kegiatan di lapangan seperti memperbaiki rumah-rumah warga yang rusak akibat banjir secara swakelola. Walau begitu, masyarakat yang sempat terdampak banjir sudah kembali berkegiatan seperti biasa.
Baca Juga:Tekan Klaster Keluarga, Pemkab Garut Bentuk Satgas Tingkat RWAngka Kematian Pasien Covid-19 di Kota Tasik Hanya 3 Persen
Hingga saat ini, dari data yang dimilikinya, lebih dari 100 warga masih harus mengungsi di rumah-rumah saudaranya karena rumahnya yang rusak berat akibat banjir. Beberapa rumah bahkan sudah tidak bisa ditinggali lagi karena berada di kawasan yang rawan longsor.
“Kalau tenda pengungsian sudah tidak ada, tapi memang masih ada warga yang masih harus tinggal di rumah saudaranya. Mereka itu yang rumahnya rusak berat, dan bahkan ada yang memang harus direlokasi ke tempat yang lebih aman,” tutupnya. (RP)