“Kualifikasi kader harus ditegaskan. Bukan setelah pakai seragam lalu dianggap akder. Bukan yang dekat dengan ketua. Bagi WKI, kader bukan sekadar seragam, dekat ketua, ikut-ikutan ke sana ke mari. Kader dapat memahami pokok-pokok perjuangan, langkah-langkah organisasi. Bagaimana membentuk kader, jawabannya adalah melalui pendidikan kader bangsa. Ini yang akan membedakan WKI atau SOKSI dari organisasi lainnya,” papar Untung.
Sebagai kader bangsa, sambung Untung, anggota WKI tidak perlu banyak dari sisi jumlah. Melainkan lebih kepada keungguan kualitas diri. Dengan begitu, seorang kader bisa menjadi contoh atau panutan bagi masyarakat.
“Kita tidak perlu abring-abringan. Kita harus punya semangat satu kader WKI sama dengan 100 massa. Saya tidak khawatir di sini sedikit karena kita ini adalah kader. Bagaimana posisinya dalam politik? Kita bukan bagian dari massa. Kita bagian dari kader yang menggerakan massa. Banyak yang harus dilakukan, tapi kita terbatas. Karena itu, perlu skala prioritas. Ulah ngarawu ku siku. Melalui rapim ini kita merumuskan prioritas yang harus kita lakukan ke depan,” ungkap Untung.
Baca Juga:Ridwan Kamil Klaim Penyaluran Dana PEN Lebih Cepat201 Orang Pemesan Rumah Parahyangan Hill Residen di KBB Tertipu
Di bagian lain, Untung mengingatkan bahwa tantangan OKP saat ini tidak sama dengan 10 tahun ke belakang. Karena itu, kader WKI harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. WKI harus menyesuaikan diri dengan generasi milenial yang saat ini mendominasi populasi Jawa Barat. Salah satunya dengan menjadikan WKI sebagai wadah bagi generasi digital.(rls/bow)