RadarPriangan.com, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah menyayangkan para aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang kini ditangkap aparat kepolisian. Diketahui, ada sebanyak 8 tokoh KAMI yang ditangkap. 4 orang di Jakarta dan 4 orang lainnya di Medan.
Dari 8 orang anggota KAMI itu, termasuk Syahganda Nainggolan dan Jumhur Hidayat. Keduanya dikenal baik oleh Fahri Hamzah.
“Mereka adalah alumni ITB yang idealis. Saya kenal keduanya sudah sejak 30 tahun lalu. Mereka adalah teman berdebat yang berkualitas. Mereka dulu korban rezim orba (orde baru) yang otoriter. Kok rezim ini juga mengorbankan mereka?” ucap Fahri Hamzah lewat keterangan tertulis yang diterima redaksi, Kamis (15/10).
Baca Juga:Sebanyak 673 Prajurit Batalyon 754/20/3 Kostrad Menyandang Baret RaiderPolres Majalengka Bekuk Sembilan Pengedar Narkoba
Fahri menilai, kepolisian saat ini menggunakan teori crime control. Teori yang dulu dipakai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Teori ini dipakai untuk menangkap sejumlah orang tak bersalah agar tercipta suasana yang terkendali.
“Inti dari crime control adalah penegakan hukum yang mendorong tujuan menghalalkan cara atau end justifies the means. Penegak hukum menganggap menangkap orang tak bersalah agar tercipta suasana terkendali. Padahal kedamaian dan ketertiban adalah akibat dari keadilan.” Sebut Fahri.
Mantan Anggota DPR RI ini mengajak pemerintah agar kembali ke penegakan hukum yang benar. Bahwa kerusuhan dan pengrusakan fasilitas umum adalah kejahatan. Tapi kejahatan kritik tidak tersambung. “Kriminalitas akarnya adalah niat jahat. Tapi kritik muncul sebagai respon atas tata kelola yang gagal.” Ujar Fahri Hamzah.
Dia melanjutkan, kepolisian tidak semestinya menegakkan hukum yang menyasar kepada para kritikus. Sementara perusuh dan vandalisme belum selesai.
“Apalagi menuduh mantan presiden segala. Sungguh suatu tindakan yang sembrono dan tidak punya etika. Mau apa sih kita ini? Mau adu domba siapa lagi? Mau ngerusak bangsa kah kita?” Katanya.
“Saya hanya bisa kirim doa kepada pak presiden dan pak kyai. Semoga bisa jernih melihat realitas ini. Kita tidak bisa begini. Ayolah buka jalan damai dan rekonsiliasi. Kenapa sih susah amat diskusi. Kenapa sih semua harus berakhir di bui?,” pungkas Politikus asal Bima ini. (dal/fin).