GARUT – Pemerintah Yaman dan pemberontak Houthi dukungan Iran sepakat melakukan penukaran seribu orang tahanan. Rencananya proses ini akan dilakukan Senin (28/9/2020).
Sumber pemerintah Yaman menyampaikan perwakilan kedua belah pihak bertemu di Jenewa untuk membahas pertukaran 1.008 narapidana dan tahanan.
Tentara Arab Saudi dilaporkan akan dimasukkan dalam pertukaran ini, namun sumber tersebut tidak menjelaskan jumlahnya secara rinci. Yaman hancur akibat konflik yang kian meluas pada Maret 2015 usai pemberontak Houthi merebut Sanaa dan memaksa Presiden Abdrabbuh Mansur Hadi meninggalkan negaranya.
Baca Juga:Warga Sengdangkulon Belajar Table MannerKendala Penanganan Kasus Covid-19
”Kami bertemu di Jenewa. Beberapa klausul disepakati, tapi masih ada perbedaan pendapat,” jelas sumber Pemerintahan Yaman yang dilansir dari Anadolu.
Kekerasan juga meletus antara separatis Dewan Transisi Selatan dan pasukan pemerintah sejak kelompok yang didukung Uni Emirat Arab mendeklarasikan pemerintahan sendiri di Aden dan provinsi selatan lainnya pada April.
Perjanjian Riyadh ditandatangani antara pemerintah dan STC pada November tahun lalu setelah sebulan pertempuran, termasuk 29 persyaratan untuk menyelesaikan persoalan politik, sosial, ekonomi dan keamanan di provinsi selatan. Namun kedua pihak saling menyalahkan karena masing-masing pihak dianggap tak mematuhi kesepakatan tersebut.
Sementara itu, PBB pada Minggu (27/9) secara tegas menyatakan penangguhan penerbangan sejak awal bulan ini di Bandara Internasional Sana’a menyebabkan keterlambatan datangnya 207 ton bantuan medis untuk memerangi pandemi Covid-19 di Yaman.
”Yaman, Lembaga bantuan meningkatkan respons. Namun, penangguhan Bandara Sana’a telah menambah tantangan akses tambahan. Sebanyak 207 ton peralatan tanggap darurat Covid-19 dan personel kemanusiaan telah ditunda sejak 9 September,” tulis Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan di Yaman melalui Twitter.
Untuk diketahui Pada 9 September, kelompok pemberontak Houthi mengumumkan bahwa Bandara Internasional Sana’a ditutup untuk penerbangan PBB dan penerbangan kemanusiaan karena kekurangan bahan bakar. Yaman telah dilanda kekerasan dan kekacauan sejak 2014, ketika pemberontak Houthi yang didukung Iran menguasai sebagian besar negara, termasuk ibu kota Sana’a.
Krisis meningkat pada 2015 ketika koalisi militer pimpinan Saudi melawan pemberontak meluncurkan kampanye udara yang bertujuan untuk merebut kembali wilayah yang dikuasai Houthi. Puluhan ribu rakyat Yaman, termasuk warga sipil, tewas dalam konflik yang menyebabkan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia karena jutaan orang berisiko kelaparan. (fin/ful)