Penulis : Muhamad Erfan | Editor : Feri Citra Burama
RadarPriangan.com, GARUT – Di tengah masa pandemi corona virus disease (Covid19), para tenaga pendidik atau guru harus banting tulang untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Demikian diungkapkan Akademisi dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Dr. Dadang Hidayat Martawijaya, M.Pd.
Terlebih kata Dadang, di tengah persaingan industri saat ini, sekolah harus menyiapkan lulusan siswa yang berkompeten dengan proses belajar mengajar dilakukan tidak biasa, yakni melalui dalam jaringan (daring) tanpa tatap muka.
“Secara garis besar di sekolah, jika model pembelajaran ini (teaching factory 6 langkah, red) tepat dijalankan, maka siswa akan mempunyai tiga capaian/kompetensi. Pertama capaian vokasional/keahlian, berjiwa Enterpreneur, mempunyai prakarya Enterpreneur berbasis gladiware atau gladibeta,” kata Dadang, Senin (31/8).
Baca Juga:Kabupaten Ciamis Kekurangan SDM Karena Banyak ASN yang PensiunWakil Bupati Garut Tinjau Lokasi Rawan Longsor di Dayeuhandap, Apa Solusinya?
Meski begitu, model pembelajaran itu harus disesuaikan, karena kata Dadang, tidak setiap model cocok untuk keahlian tertentu.
“Maka di sini kita kenalkan empat model, ada dua sistem, teaching industry, teaching factory, dan prakerin. Tujuan utamanya, ujung-ujungnya bagaimana siswa kita mencapai kompetensi (ideal),” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Kepala SMKN 1 Garut, Hani Aryani, mengungkapkan, di tengah persaingan industri saat ini, lulusan SMK harus mampu memiliki daya saing. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka para guru harus meningkatkan kualitas dirinya dengan mengupgrade keahliannya, termasuk dalam meningkatkan efektivitas mengajar.
“Dengan adanya implementasi model pembelajaran teaching factory 6 langkah, ini untuk meningkatkan sumber daya manusia terutama siswa smk yang memiliki kompetensi terstandar,” katanya.
Lanjutnya, harus ada sinkronisasi antara kurikulum di sekolah dengan industri. Mulai dari penyesuaian sarana dan prasarana, kegiatan pembelajarannya menyesuaikan dengan kebutuhan industri.
“Kita melihat seperti apa kebutuhan industri itu, sehingga itu disiapkan sekolah, outputnya sekolah punya lulusan berstandar, lulusan bisa bersaing dan siap pakai di dunia kerja, untuk itu kita juga siapkan SDM-nya, termasuk tenaga pendidik kita,” pungkasnya. (erf/RP)