Ya, jika tanpa beasiswa atau menabung ia tak akan pernah bisa kuliah. Dulu saat lulus SMA, ia terpaksa mengubur keinginannya untuk kuliah dengan bekerja selama lebih dari satu tahun, di mana uangnya ia tabung untuk kuliah.
Ia juga sangat berhutang budi kepada gurunya yang telah mendaftarkannya di IPI Garut. Ia yakin bahwa Tuhan menolongnya dari tangan yang tak ia sangka, ia yakin bahwa Tuhan akan mengabulkan do’anya untuk sekolah lebih tinggi lagi.
Meskipun sudah lulus di IPI Garut, tantangannya belum selesai. Jika saat semester 1 ia memiliki uang tabungan untuk membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT), tidak demikian dengan semester 2. Di semester 2 ia rela menjual laptop kesayangannya demi menutupi uang kuliahnya. Karena ia paham penghasilan dari kakak-kakaknya saat itu hanya cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya.
Baca Juga:Sekolah Tingkat SMA-SMK di Garut Rencana Belajar Tatap Muka 18 Agustus, Gugus Tugas Penentu LokasiRidwan Kamil: Kabupaten Sumedang Miliki Alat “PCR Mobile”
Tak sampai di situ, ia memikirkan dari mana mendapatkan uang kuliah untuk semester 3. Tepat saat ia membutuhkan, ada dua beasiswa yang bisa ia ikuti di kampus.
Akhirnya ia mendapatkannya dan bisa menutupi UKT hingga semester 4.
Terdapat niat tulus berdasar cinta untuk keluarganya mengapa ia sangat ingin sekolah tinggi. Ia sangat ingin membanggakan kedua orang tuanya dan mengangkat derajat mereka.
Entah sudah berapa banyak ia dan keluarganya mendapat cibiran masyarakat bahwa dirinya tidak mungkin mengemban pendidikan tinggi karena terkendala biaya.
Banyak yang meragukannya untuk mencapai cita-cita tinggi.
Mereka yang meragukan berkata bahwa jika keluarga tidak mampu jangan berharap memiliki cita-cita yang tinggi.
Cibiran-cibiran itu sangat mengganggu mental dan keyakinannya. Saat itu, Purwa memutuskan untuk berjuang keras dan mematahkan cibiran-cibiran itu dengan prestasi, salah satunya dengan pendidikan. Ia ingin membuktikan kepada mereka yang meragukan potensinya bahwa ternyata ia bisa mencapai pendidikan tinggi meskipun dari keluarga yang tidak mampu.
Hingga pada akhirnya ia bisa membuktikan bahwa ia bisa kuliah dan menjadi salah satu pemuda dari dua orang yang saat ini berhasil kuliah di kampungnya.
Ia selalu ingat pesan ibunya untuk selalu berlaku jujur dan ia sedang mengemban sebuah keyakinan serta amanah dari seorang ibu untuk menjadi orang sukses dengan mengambil sisi positif dari penilaian buruk orang lain.